Dokter spesialis anak lulusan Universitas Indonesia (UI) dr. Wanda Gautami, SpA mengungkapkan penularan virus polio dapat terjadi apabila seseorang berkontak dengan tinja yang sudah terinveksi virus tersebut.
“Tinjanya, misal, ada di air atau makanan yang dikonsumsi, itu akan jadi bahan penularan. Atau tangan kita menyentuh barang yang berkontak dengan tinja dari orang yang terinveksi, virus itu juga bisa masuk ke mulut kita,” kata Wanda dalam diskusi daring yang digelar oleh Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading, Selasa.
Baca juga: Gejala lumpuh layu pada anak belum tentu polio
Sebab di luar Jakarta, kata Wanda, masih banyak rumah yang belum memiliki jamban sehingga masih buang air besar di kali. Hal inilah yang akhirnya bisa mencemari lingkungan dan bisa menyebarkan virus polio.
Wanda juga menjelaskan penularan polio juga bisa terjadi melalui air liur. Misalnya, berbagi makanan dengan orang lain atau bergantian alat makan.
Selain berkontak dengan orang yang terjangkit virus polio, riwayat vaksin yang tidak lengkap juga bisa meningkatkan risiko anak terkena polio. Sebab, tubuh tidak memiliki antibodi untuk mencegah atau melawan virus polio tersebut.
Lalu, anak yang mengalami gizi buruk dan kebersihan di lingkungannya tidak terjaga dengan baik juga memiliki risiko lebih besar terjangkit virus polio.
Baca juga: Dinkes targetkan 56 ribu anak di Kota Bengkulu terima vaksin polio
“Misal vaksinnya sudah lengkap tapi gizi dan kebersihannya tidak dijaga dengan baik juga bisa menimbulkan risiko terinveksi polio,” kata Wanda.
Karena itu, Wanda mengimbau agar para orang tua mengajarkan kebiasaan cuci tangan memakai sabun atau memberikan air dan makanan yang matang.
Wanda berpesan kepada orang tua agar bisa memanaskan air atau makanan MPASI untuk anak di suhu 70 derajat selama 30 detik atau 60 derajat harus dipanaskan 30 menit untuk memastikan virus di dalamnya mati.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024