Psikolog klinis yang juga tergabung sebagai anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), Dyah Larasati, M.Psi mengatakan memperbanyak teman bisa menjadi salah satu strategi agar tidak menjadi korban perundungan.
“Salah satu strategi untuk mengalahkan kasus bully adalah dengan memperluas pertemanan. Sebab, kalau kita terlihat banyak bicara (talkative), punya banyak teman, nggak sendirian, yang bully jadi berpikir dua kali untuk melakukan,” jelas Dyah dalam diskusi daring bertajuk “Stop Bullying” yang diselenggarakan Puskesmas Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis.
Selain itu, Dyah juga mengimbau agar korban perundungan untuk berani. Misalnya menceritakan pengalaman perundungan yang dia alami kepada pihak yang terpercaya. Entah itu orang tua, guru, maupun psikolog.
Dyah menjelaskan korban tak perlu takut dengan pelaku. Sebab umumnya pelaku perundungan melakukan hal tersebut karena dirinya sebenarnya kesepian atau bahkan ketakutan. Sehingga untuk bisa melindungi dirinya, maka pelaku pun akhirnya melakukan perundungan agar terlihat kuat.
Selain itu, pelaku juga mungkin memiliki kecenderungan kepribadian. Misalnya seperti gangguan kepribadian narsis atau narcissistic personality disorder (NPD). Karena mereka memang cenderung punya kepribadian tidak mampu berempati.
Apabila alasan perundung melakukan tindakan tersebut karena masalah ini, maka mereka butuh bimbingan khususnya oleh psikolog maupun psikiater.
Terakhir alasan pelaku melakukan perundungan juga bisa dikarenakan mempelajari perilaku sekitar. Misalnya dia pernah mengalami kekerasan fisik maupun verbal.
“Misal dia pernah mengalami verbal abuse. Dibilang dasar bodoh, mau jadi apa kamu orang gagal. Kalau itu menjadi bahasa dia, mau nggak mau dunia yang dia pikir adalah seperti itu. Akhirnya dia melakukan itu kepada orang lain,” jelas Dyah.
Oleh sebab itu untuk menangani kasus perundungan, penting juga untuk melakukan pendekatan terhadap lingkungan atau orang tua pelaku.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024