Bengkulu (Antara) - Di Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, pada dua pekan Februari 2016 terdapat 169 kasus demam berdarah dengue (DBD) atau meningkat tajam dari 70 kasus bulan sebelumnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bengkulu, Herwan Antoni di Bengkulu, Senin, mengatakan baru terhitung setengah bulan Februari 2016, di data sudah mencapai angka 169 orang yang positif DBD.
"Jauh lebih tinggi dari Januari 2016 yang tercatat hanya sekitar 70 kasus," kata dia.
Peningkatan kasus ini sudah mencapai taraf mengkhawatirkan. Herwan mengatakan harus ada program pengentasan visus yang bisa menyebabkan kematian tersebut.
"Pengasapan bukan jaminan tidak ada lagi DBD, yang paling penting adalah bagaimana masyarakat hidup bersih," kata dia.
Hal itu dibuktikan, selama Februari ini Dinas Kesehatan Kota Bengkulu telah melakukan sebanyak 140 kali pengasapan, namun hal tersebut tidak bisa menekan penyebaran DBD.
"Kami juga sudah membagikan bubuk abate secara gratis. Bagi masyarakat yang membutuhkan silakan mengambil di Dinas Kesehatan," kata dia.
Untuk menekan risiko, kata Herwa,n hanya bisa dilakukan dengan menekan perkembangbiakan nyamuk pembawa virus DBD.
"Jangan biarkan ada tempat jentik nyamuk," kata dia.
Dari analisis tim Dinkes Kota Bengkulu di lapangan, daerah endemi DBD yakni daerah dengan penduduk yang kurang sadar dengan kebersihan lingkungan.
"Contohnya ada salah satu RT yang ditempati pemulung, dan di sana kita temukan banyak tempat-tempat yang menampung air yang tidak disadari warga," kata dia.
Di daerah itu, sejumlah warga masyarakat positif terkena DBD. Salah seorang meninggal dunia, dari tiga orang yang meninggal pada Februari 2016.
"Yang meninggal itu anak-anak. Kami beri warga di sana sosialisasi, bubuk abate dan pengasapan," ujarnya.***4***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bengkulu, Herwan Antoni di Bengkulu, Senin, mengatakan baru terhitung setengah bulan Februari 2016, di data sudah mencapai angka 169 orang yang positif DBD.
"Jauh lebih tinggi dari Januari 2016 yang tercatat hanya sekitar 70 kasus," kata dia.
Peningkatan kasus ini sudah mencapai taraf mengkhawatirkan. Herwan mengatakan harus ada program pengentasan visus yang bisa menyebabkan kematian tersebut.
"Pengasapan bukan jaminan tidak ada lagi DBD, yang paling penting adalah bagaimana masyarakat hidup bersih," kata dia.
Hal itu dibuktikan, selama Februari ini Dinas Kesehatan Kota Bengkulu telah melakukan sebanyak 140 kali pengasapan, namun hal tersebut tidak bisa menekan penyebaran DBD.
"Kami juga sudah membagikan bubuk abate secara gratis. Bagi masyarakat yang membutuhkan silakan mengambil di Dinas Kesehatan," kata dia.
Untuk menekan risiko, kata Herwa,n hanya bisa dilakukan dengan menekan perkembangbiakan nyamuk pembawa virus DBD.
"Jangan biarkan ada tempat jentik nyamuk," kata dia.
Dari analisis tim Dinkes Kota Bengkulu di lapangan, daerah endemi DBD yakni daerah dengan penduduk yang kurang sadar dengan kebersihan lingkungan.
"Contohnya ada salah satu RT yang ditempati pemulung, dan di sana kita temukan banyak tempat-tempat yang menampung air yang tidak disadari warga," kata dia.
Di daerah itu, sejumlah warga masyarakat positif terkena DBD. Salah seorang meninggal dunia, dari tiga orang yang meninggal pada Februari 2016.
"Yang meninggal itu anak-anak. Kami beri warga di sana sosialisasi, bubuk abate dan pengasapan," ujarnya.***4***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016