Presiden AS Joe Biden dan Raja Yordania Abdullah II membahas sejumlah upaya untuk meredakan ketegangan di Timur Tengah di tengah kekhawatiran terhadap kemungkinan meletusnya perang antara Israel dan Iran, kata Gedung Putih pada Senin.
"Kedua pemimpin membahas upaya untuk meredakan ketegangan di kawasan itu, termasuk melalui gencatan senjata segera dan kesepakatan pembebasan sandera (di Gaza)," kata Gedung Putih dalam pernyataannya.
Sebelumnya pada Senin, portal berita Israel Ynet melaporkan bahwa Israel sedang mempertimbangkan opsi melakukan serangan lebih dahulu ke Iran, tetapi kemungkinannya bergantung pada data intelijen yang dimiliki negara Yahudi itu dan AS.
Baca juga: Paus Fransiskus berharap konflik berdarah di Timur Tengah tidak meluas
Baca juga: HI lanjutkan dukungan kemanusiaan di Palestina setelah 300 hari
Baca juga: Tokoh terkenal India minta Menteri Pertahanan hentikan ekspor senjata ke Israel
Pada Rabu lalu, gerakan perlawanan Palestina, Hamas, melaporkan kematian pemimpin politik mereka, Ismail Haniyeh, dalam serangan Israel di kediamannya di Teheran saat menghadiri pelantikan Presiden Iran.
Hamas menyalahkan Israel dan AS atas kematian Haniyeh dan mengatakan serangan itu tidak akan dibiarkan begitu saja.
Sementara pejabat AS dan Israel menolak berkomentar tentang kematian Haniyeh, Garda Revolusi Iran berjanji akan melakukan serangan balasan pada waktu dan tempat yang tepat.
Duta Besar Iran untuk PBB Amir Saeid Iravani juga mengatakan bahwa Iran berhak membalas kematian Haniyeh jika diperlukan.
Sumber: Sputnik-OANA
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024
"Kedua pemimpin membahas upaya untuk meredakan ketegangan di kawasan itu, termasuk melalui gencatan senjata segera dan kesepakatan pembebasan sandera (di Gaza)," kata Gedung Putih dalam pernyataannya.
Sebelumnya pada Senin, portal berita Israel Ynet melaporkan bahwa Israel sedang mempertimbangkan opsi melakukan serangan lebih dahulu ke Iran, tetapi kemungkinannya bergantung pada data intelijen yang dimiliki negara Yahudi itu dan AS.
Baca juga: Paus Fransiskus berharap konflik berdarah di Timur Tengah tidak meluas
Baca juga: HI lanjutkan dukungan kemanusiaan di Palestina setelah 300 hari
Baca juga: Tokoh terkenal India minta Menteri Pertahanan hentikan ekspor senjata ke Israel
Pada Rabu lalu, gerakan perlawanan Palestina, Hamas, melaporkan kematian pemimpin politik mereka, Ismail Haniyeh, dalam serangan Israel di kediamannya di Teheran saat menghadiri pelantikan Presiden Iran.
Hamas menyalahkan Israel dan AS atas kematian Haniyeh dan mengatakan serangan itu tidak akan dibiarkan begitu saja.
Sementara pejabat AS dan Israel menolak berkomentar tentang kematian Haniyeh, Garda Revolusi Iran berjanji akan melakukan serangan balasan pada waktu dan tempat yang tepat.
Duta Besar Iran untuk PBB Amir Saeid Iravani juga mengatakan bahwa Iran berhak membalas kematian Haniyeh jika diperlukan.
Sumber: Sputnik-OANA
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024