Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu mensosialisasikan penanganan terhadap harimau sumatra.
kepada masyarakat di Desa Gembung Raya Kecamatan Napal Putih, Kabupaten Bengkulu Utara.
 
"BKSDA Bengkulu juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait penanganan interaksi negatif antara harimau sumatra dan manusia di Desa Gembung Raya Kabupaten Bengkulu Utara," kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Bengkulu Said Jauhari saat dihubungi via telepon, Rabu.

Baca juga: BKSDA pastikan harimau Sumatra di Bengkulu Utara aman di habitat aslinya

Baca juga: BKSDA selamatkan 21 ekor Harimau Sumatra sepanjang 2024
 
Ia menyebutkan bahwa selain melakukan sosialisasi, BKSDA juga akan melakukan pemasangan jebakan untuk harimau sumatra atau Panthera Tigris Sumatrae.
 
Pemasangan jebakan tersebut dilakukan oleh BKSDA guna menenangkan masyarakat setempat yang sejak dua minggu terakhir tidak berani keluar rumah pada malam hari dan pergi ke kebun karena keberadaan harimau di wilayah tersebut.
 
Kemudian, petugas juga melakukan upaya penggiringan dan penghalauan terhadap harimau sumatra tersebut agar kembali ke habitat aslinya.
 
Sehingga masyarakat di wilayah tersebut dapat beraktivitas dengan tenang dan tidak merasa takut terhadap keberadaan harimau sumatra di kawasan pemukiman warga yang berada di Kecamatan Napal Putih.
 
Sementara itu, BKSDA Bengkulu juga memastikan harimau sumatera atau Panthera Tigris Sumatrae yang berada di Kabupaten Bengkulu Utara berada di habitat aslinya tepatnya di kawasan hutan produksi terbatas (HPT) Air Ketahun dan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) Air Urai Serangai.

Baca juga: Global Tiger Day momentum jaga spesies harimau Sumatra

Baca juga: Gubernur Bengkulu: Keberadaan harimau indikator hutan sehat
 
Untuk itu, pihaknya terus melakukan pemantauan terhadap pergerakan harimau untuk memastikan bahwa satwa dilindungi tersebut tetap berada di habitatnya serta tidak menimbulkan ancaman bagi masyarakat sekitar.
 
Selanjutnya, Said juga meminta masyarakat tidak mengambil tindakan sendiri jika bertemu atau melihat harimau sehingga dapat membahayakan diri mereka dan satwa liar.
 
"Dalam HPT Air Ketahun dan HPK Air Urai Serangai yang merupakan hutan negara sudah berubah menjadi perkampungan dan kebun masyarakat. Harus bisa berbagi ruang dengan satwa liar yg ada di dalam hutan. Tidak saling mengganggu antara manusia dan satwa liar," jelas Said.
 
Dengan dilakukannya langkah-langkah tersebut diharapkan keselamatan masyarakat terjaga dan keberlangsungan hidup harimau Sumatera di habitat aslinya tidak terancam.

Pewarta: Anggi Mayasari

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024