Bengkulu (Antara) - Bank Indonesia mengatakan Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA yang mulai bergulir sejak 1 Januari 2016 belum berdampak pada Provinsi Bengkulu.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bengkulu, Bambang Himawan di Bengkulu, Rabu, mengatakan Bengkulu diperkirakan baru merasakan dampak MEA pada awal 2017 karena baik produk Indonesia maupun dari negara ASEAN lainnya sudah mulai terdistribusi ke seluruh negara peserta MEA.
"Bengkulu tidak memiliki akses langsung ke luar negeri, oleh karena itu belum berdampak," kata dia.
Akses dari luar negeri ke Bengkulu masih melewati daerah lain sebagai gerbang, seperti Batam dan Bandara Soekarno Hatta, Jakarta.
"Tidak ada penerbangan langsung ke Bengkulu, sehingga yang merasakan dampak yang sesungguhnya yakni daerah yang memiliki akses langsung tersebut," katanya.
Meskipun demikian kata Bambang, Provinsi Bengkulu tetap harus berbenah, bersiap untuk ikut serta dalam gelaran Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Banyak keuntungan bagi perekonomian daerah ikut ajang tersebut. Seperti, cakupan penjualan komoditas unggulan daerah menjadi semakin luas, tidak hanya nasional, tetapi sudah di taraf internasional.
Dengan area penjualan yang lebih luas, artinya tingkat kebutuhan semakin tinggi, produksi komoditas yang akan diserap pasar juga semakin besar.
Selain itu, sisi pariwisata juga akan meningkat dengan banyaknya pengunjung atau turis yang datang ke Bengkulu.
"Hal ini perlu ditindaklanjuti dengan pembangunan infrastruktur vital dan pariwisata, sehingga pengunjung merasa pariwisata kita menjadi bernilai," ucapnya.
Kepariwisataan juga menjadi jangkar daerah untuk memajukan sektor perekonomian lain, seperti industri kreatif, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta bisnis hotel dan kuliner.
"Tidak hanya itu, bisnis jasa juga akan berkembang pesat, sekarang tergantung kesiapan kita menyambut MEA ini," kata dia. ***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bengkulu, Bambang Himawan di Bengkulu, Rabu, mengatakan Bengkulu diperkirakan baru merasakan dampak MEA pada awal 2017 karena baik produk Indonesia maupun dari negara ASEAN lainnya sudah mulai terdistribusi ke seluruh negara peserta MEA.
"Bengkulu tidak memiliki akses langsung ke luar negeri, oleh karena itu belum berdampak," kata dia.
Akses dari luar negeri ke Bengkulu masih melewati daerah lain sebagai gerbang, seperti Batam dan Bandara Soekarno Hatta, Jakarta.
"Tidak ada penerbangan langsung ke Bengkulu, sehingga yang merasakan dampak yang sesungguhnya yakni daerah yang memiliki akses langsung tersebut," katanya.
Meskipun demikian kata Bambang, Provinsi Bengkulu tetap harus berbenah, bersiap untuk ikut serta dalam gelaran Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Banyak keuntungan bagi perekonomian daerah ikut ajang tersebut. Seperti, cakupan penjualan komoditas unggulan daerah menjadi semakin luas, tidak hanya nasional, tetapi sudah di taraf internasional.
Dengan area penjualan yang lebih luas, artinya tingkat kebutuhan semakin tinggi, produksi komoditas yang akan diserap pasar juga semakin besar.
Selain itu, sisi pariwisata juga akan meningkat dengan banyaknya pengunjung atau turis yang datang ke Bengkulu.
"Hal ini perlu ditindaklanjuti dengan pembangunan infrastruktur vital dan pariwisata, sehingga pengunjung merasa pariwisata kita menjadi bernilai," ucapnya.
Kepariwisataan juga menjadi jangkar daerah untuk memajukan sektor perekonomian lain, seperti industri kreatif, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta bisnis hotel dan kuliner.
"Tidak hanya itu, bisnis jasa juga akan berkembang pesat, sekarang tergantung kesiapan kita menyambut MEA ini," kata dia. ***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016