Bank Indonesia menyebutkan Provinsi Bengkulu sudah tidak lagi menggunakan metode pengendalian konvensional dalam penanganan inflasi daerah.
 
"Jadi tidak sekedar pengendalian inflasi yang konvensional, tapi juga sudah mengaplikasi (inovasi)," kata Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Bengkulu Wahyu Yuwana di Bengkulu, Kamis.
 
Menurut dia, cukup banyak inovasi dan langkah yang sudah diambil oleh Pemerintah Provinsi Bengkulu, TPID provinsi, kabupaten, kota, BI dengan instansi vertikal, dan pihak lainnya dalam penanganan inflasi daerah.
 
"Mungkin tidak semuanya baru, mungkin Bengkulu mengadaptasi dari tempat yang lain juga, atau kegiatan yang mungkin sebelumnya kami coba perbaiki. Mudah-mudahan hasilnya bisa optimal," kata dia.
 
Sejumlah inovasi yang diluncurkan oleh pemerintah daerah, Bank Indonesia dan instansi terkait seperti Toko Pangan Ado Galo (toko serba ada khusus pangan murah).
 
Toko pangan tersebut telah direalisasikan di sejumlah pasar tradisional di Bengkulu. Toko menyediakan bahan pangan murah seperti beras program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) yang dikelola Bulog, komoditas hasil pertanian petani daerah yang harganya lebih terjangkau.
 
Toko tersebut juga ikut menyediakan komoditas pangan premium yang bukan merupakan program stabilisasi harga pangan, namun juga dibutuhkan oleh masyarakat.
 
Komoditas pangan ini biasanya hasil produksi UMKM setempat, sehingga UMKM mendapatkan saranan pemasaran. Hal itu dapat menstimulasi UMKM berkembang lebih baik, yang akhirnya juga mendorong UMKM berperan penting mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
 
Kemudian, Pemerintah Provinsi Bengkulu bersama TPID juga menggelar pasar murah terintegrasi. Menurut Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah pasar murah terintegrasi ini begitu efektif menjaga ekonomi dan stabilitas inflasi Bengkulu.
 
"Jadi ketika ada penyaluran program bantuan sosial maka kami adakan juga pasar murah di lokasi pencairan bantuan. Tujuannya agar uang bantuan yang diterima benar-benar tepat sasaran, tepat guna, dan itu efektif," kata dia lagi.
 
Jadi masyarakat penerima selain mendapatkan bantuan untuk menjaga ekonomi keluarga tidak tertekan oleh situasi perekonomian saat ini juga mendapatkan tempat menggunakan bantuan tersebut membeli berbagai kebutuhan pokok rumah tangga dengan harga terjangkau.
 
"Kalau tidak ada pasar murah, tentu bantuan itu bisa saja dijadikan untuk kebutuhan lain, atau ketika sampai rumah digunakan bapak-bapak untuk beli rokok misalnya, jadi bantuan menjadi tidak tepat guna. Namun ketika ada pasar murah di lokasi penyaluran, tentu bantuannya langsung terpakai tepat guna," ucapnya.
 
Selain itu, TPID juga membina petani daerah soal modernisasi pertanian, hal itu tujuannya untuk meningkatkan hasil produksi pertanian yang nantinya berdampak positif pada kecukupan pasokan komoditas di pasaran.
 
Kecukupan pasokan itu, akhirnya membuat harga bahan pokok di pasaran menjadi stabil dan menjaga daerah dari lonjakan angka inflasi.
 
Selain itu, Bengkulu juga merealisasikan kerja sama antar daerah dengan sejumlah provinsi terkait pemenuhan pasokan pangan dan komoditas pokok. Pemerintah Provinsi Bengkulu juga terus memastikan distribusi bahan pokok tidak mengalami gangguan, agar harga tetap stabil.
 
Jadi, Provinsi Bengkulu tidak lagi menangani inflasi secara konvensional dengan respon sesaat ketika terjadi lonjakan harga di pasaran.

Pewarta: Boyke Ledy Watra

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024