Kisah tragis Nia Kurnia Sari, korban pembunuhan dan pelecehan di Nagari Guguak, Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, terus menjadi sorotan publik dan memicu perdebatan panas di media sosial. Tragedi yang memilukan ini tidak hanya menarik perhatian karena kejahatannya yang mengerikan, tetapi juga karena berbagai reaksi masyarakat yang menimbulkan pro dan kontra.
Nia, seorang gadis berusia 18 tahun asal Padang Pariaman, Sumatera Barat, telah membantu perekonomian keluarganya sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ia melakukannya dengan berjualan gorengan keliling di sekitar tempat tinggalnya. Aktivitas ini menjadi rutinitas sehari-hari yang biasanya dimulai pukul 16.00 WIB hingga malam hari.
Namun, pada 6 September 2024, Nia dilaporkan hilang setelah tidak kembali ke rumah usai berjualan. Setelah dilakukan pencarian intensif, jenazahnya ditemukan pada 8 September 2024 dalam kondisi terkubur tanpa busana di kawasan Nagari Guguak, 2×11 Enam Lingkung, Padang Pariaman.
Makam yang Berubah Menjadi Objek Wisata Dadakan
Di tengah rasa duka mendalam, makam Nia Kurnia Sari justru berubah menjadi semacam objek wisata. Banyak orang berdatangan untuk berdoa, memotret, hingga membuat video di sekitar lokasi pemakaman. Fenomena ini memicu perbincangan hangat di dunia maya.
Baca juga: Polisi reka ulang kasus pembunuhan penjual gorengan di Padang Pariaman
Baca juga: Kasus pembunuhan gadis penjual gorengan di Padang Pariaman, BNN ungkap keterkaitan narkoba dan kekerasan seksual
Kamar milik Nia juga menjadi tempat kunjungan warga. Banyak dari mereka yang dengan sangat dekat memasuki setiap sudut rumah gadis nahas itu. Beberapa warga yang datang laksana wisatawan dengan mengambil foto dan video diri di ruang kamar Nia yang masih terpampang jelas barang-barang peninggalannya.
Sebagian netizen mengungkapkan rasa kesal atas respons masyarakat yang dianggap berlebihan.
“Ga pernah semuak ini pls..” tulis @lluvv.zza*** di TikTok, sementara @pipiblmsemb*** mencuit, “Ud kelebihan banget ni warga +62.”
Eksploitasi Berujung Kontroversi
Sorotan semakin tajam ketika muncul kaos bertuliskan "Nia Kekasih Allah," usulan pembangunan tugu peringatan, dan lagu bertajuk “Nia Anak Surga” yang dinyanyikan oleh Caca DA5. Bahkan, nama Nia dikabarkan akan diabadikan sebagai nama jalan di sekitar lokasi tempat tinggalnya.
Di sisi lain, rumah tempat tinggal Nia direnovasi untuk menyambut banyaknya pengunjung yang ingin menyaksikan langsung lokasi tragedi. Area di sekitar rumah kini berubah menjadi pusat aktivitas ramai, bahkan beberapa pedagang lokal memanfaatkan situasi ini untuk berjualan, menciptakan suasana bak tempat wisata.
Baca juga: Polres Padang Pariaman tangkap tersangka pembunuh gadis penjual gorengan
Baca juga: Polda Sumbar datangi rumah penjual gorengan yang diduga dibunuh
Respons Publik yang Terpecah
Meskipun banyak yang mengkritik eksploitasi ini, sebagian masyarakat tetap antusias berkunjung ke rumah dan makam Nia. Namun, antusiasme tersebut menuai kecaman dari mereka yang menyayangkan dampaknya terhadap keluarga korban.
“Kasihan orang yang ditinggalkan, bakalan susah menghilangkan kesedihannya. Soalnya setiap hari ada saja yang datang mengingatkan dan bertanya,” ujar @youn***. Sementara itu, @libragi*** menambahkan, “Banyak kok yang kasusnya seperti Nia, tapi nggak sampai kayak gini."
Di sisi lain, banyak pula yang merasakan kesedihan mendalam dan empati atas tragedi ini. “Seisi dunia ikut menangis melepas kepergianmu, adik Nia. Bahkan tiap videonya lewat lagi di beranda pun ikut terharu. Surga yang indah menantimu, bidadariku,” tulis @d1n4***.
Tragedi yang Berubah Menjadi Fenomena
Kisah duka Nia yang menyedot perhatian nasional kini menghadirkan dualitas yang mencolok: duka mendalam keluarga korban dan fenomena sosial yang menjadikannya sensasi. Respons masyarakat yang beragam menegaskan betapa tipisnya batas antara empati tulus dan eksploitasi tragedi.
Baca juga: KemenPPPA kecam pembunuhan perempuan penjual gorengan Padang Pariaman
Baca juga: PNS aktif terancam 15 tahun penjara setelah tusuk rekan di Bengkulu
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024
Nia, seorang gadis berusia 18 tahun asal Padang Pariaman, Sumatera Barat, telah membantu perekonomian keluarganya sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ia melakukannya dengan berjualan gorengan keliling di sekitar tempat tinggalnya. Aktivitas ini menjadi rutinitas sehari-hari yang biasanya dimulai pukul 16.00 WIB hingga malam hari.
Namun, pada 6 September 2024, Nia dilaporkan hilang setelah tidak kembali ke rumah usai berjualan. Setelah dilakukan pencarian intensif, jenazahnya ditemukan pada 8 September 2024 dalam kondisi terkubur tanpa busana di kawasan Nagari Guguak, 2×11 Enam Lingkung, Padang Pariaman.
Makam yang Berubah Menjadi Objek Wisata Dadakan
Di tengah rasa duka mendalam, makam Nia Kurnia Sari justru berubah menjadi semacam objek wisata. Banyak orang berdatangan untuk berdoa, memotret, hingga membuat video di sekitar lokasi pemakaman. Fenomena ini memicu perbincangan hangat di dunia maya.
Baca juga: Polisi reka ulang kasus pembunuhan penjual gorengan di Padang Pariaman
Baca juga: Kasus pembunuhan gadis penjual gorengan di Padang Pariaman, BNN ungkap keterkaitan narkoba dan kekerasan seksual
Kamar milik Nia juga menjadi tempat kunjungan warga. Banyak dari mereka yang dengan sangat dekat memasuki setiap sudut rumah gadis nahas itu. Beberapa warga yang datang laksana wisatawan dengan mengambil foto dan video diri di ruang kamar Nia yang masih terpampang jelas barang-barang peninggalannya.
Sebagian netizen mengungkapkan rasa kesal atas respons masyarakat yang dianggap berlebihan.
“Ga pernah semuak ini pls..” tulis @lluvv.zza*** di TikTok, sementara @pipiblmsemb*** mencuit, “Ud kelebihan banget ni warga +62.”
Eksploitasi Berujung Kontroversi
Sorotan semakin tajam ketika muncul kaos bertuliskan "Nia Kekasih Allah," usulan pembangunan tugu peringatan, dan lagu bertajuk “Nia Anak Surga” yang dinyanyikan oleh Caca DA5. Bahkan, nama Nia dikabarkan akan diabadikan sebagai nama jalan di sekitar lokasi tempat tinggalnya.
Di sisi lain, rumah tempat tinggal Nia direnovasi untuk menyambut banyaknya pengunjung yang ingin menyaksikan langsung lokasi tragedi. Area di sekitar rumah kini berubah menjadi pusat aktivitas ramai, bahkan beberapa pedagang lokal memanfaatkan situasi ini untuk berjualan, menciptakan suasana bak tempat wisata.
Baca juga: Polres Padang Pariaman tangkap tersangka pembunuh gadis penjual gorengan
Baca juga: Polda Sumbar datangi rumah penjual gorengan yang diduga dibunuh
Respons Publik yang Terpecah
Meskipun banyak yang mengkritik eksploitasi ini, sebagian masyarakat tetap antusias berkunjung ke rumah dan makam Nia. Namun, antusiasme tersebut menuai kecaman dari mereka yang menyayangkan dampaknya terhadap keluarga korban.
“Kasihan orang yang ditinggalkan, bakalan susah menghilangkan kesedihannya. Soalnya setiap hari ada saja yang datang mengingatkan dan bertanya,” ujar @youn***. Sementara itu, @libragi*** menambahkan, “Banyak kok yang kasusnya seperti Nia, tapi nggak sampai kayak gini."
Di sisi lain, banyak pula yang merasakan kesedihan mendalam dan empati atas tragedi ini. “Seisi dunia ikut menangis melepas kepergianmu, adik Nia. Bahkan tiap videonya lewat lagi di beranda pun ikut terharu. Surga yang indah menantimu, bidadariku,” tulis @d1n4***.
Tragedi yang Berubah Menjadi Fenomena
Kisah duka Nia yang menyedot perhatian nasional kini menghadirkan dualitas yang mencolok: duka mendalam keluarga korban dan fenomena sosial yang menjadikannya sensasi. Respons masyarakat yang beragam menegaskan betapa tipisnya batas antara empati tulus dan eksploitasi tragedi.
Baca juga: KemenPPPA kecam pembunuhan perempuan penjual gorengan Padang Pariaman
Baca juga: PNS aktif terancam 15 tahun penjara setelah tusuk rekan di Bengkulu
Polisi tetapkan tersangka baru kasus pembunuhan gadis penjual gorengan
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024