Bengkulu (Antara) - Bank Indonesia mengatakan pengelolaan dana sosial di Provinsi Bengkulu belum berasaskan pada pengembangan sektor ekonomi.

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bengkulu, Bambang Himawan di Bengkulu, Senin, mengatakan, sampai saat ini dana sosial bahkan belum mampu memberi pengaruh terhadap perekonomian Bengkulu.

"Seharusnya dana sosial mampu menggerakkan perekonomian di Bengkulu, bahkan melebihi pengaruh realisasi anggaran daerah, pajak, dan investasi," kata dia.

BI melihat penyaluran dana sosial baik perusahaan maupun pemerintahan daerah ke masyarakat sasaran belum efektif, termasuk juga penyaluran zakat, infak dan sedekah.

"Kita hitung zakat saja misalnya, kalau mampu menyalurkan untuk satu kali makan warga miskin di Bengkulu ini, maka sudah mampu mengintervensi pasar dengan uang sebesar Rp3 miliar," kata dia.

Jika diakumulasikan dalam satu tahun, maka zakat yang bergulir di Provinsi Bengkulu, melebihi angka Rp3,24 triliun.

"Sedangkan APBD Provinsi Bengkulu baru sampai Rp2,4 triliun, bayangkan pengaruhnya jika dana sosial ini dioptimalkan, bayangkan pergerakan ekonomi di pasar," kata dia lagi.

Namun sampai saat ini, pengelolaan zakat di Bengkulu, lanjut Bambang, baru mencapai angka Rp50 miliar per tahun. "Pemerintah daerah harus lebih mendorong badan amil zakat," ucapnya.

Jika melihat dari sisi investasi pun, penanaman modal dalam negeri maupun asing juga masih dalam skala kecil, dan belum memberi pengaruh terhadap perekonomian.

"Jadi sudah saatnya kita mendorong sektor dana sosial menjadi penopang perekonomian Bengkulu, karena penopang terbesar perekonomian Bengkulu adalah sektor konsumsi," ujarnya. ***3***

Pewarta: Boyke LW

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016