Mukomuko (Antara) - Sejumlah petani yang memiliki usaha kepiting soka di Desa Pasar Sebelah, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu sejak beberapa bulan terakhir berhenti berproduksi karena sumber air untuk budi daya kepiting lunak tersebut telah berubah dari air payau menjadi tawar.

"Mereka gagal panen karena sumber air untuk budi daya kepiting soka berubah dari payau menjadi tawar," kata Kepala Desa Pasar Sebelah Tabrani, di Mukomuko, Rabu.

Ia menjelaskan air payau untuk budi daya kepiting soka di wilayah itu berubah menjadi tawar sejak penutupan muara di wilayah itu.

Menurutnya, perubahan jenis air dari payau menjadi tawar mempengaruhi aktivitas molting atau pergantian kulit kepiting bakau menjadi kepiting soka.

"Budi daya kepiting soka itu harus di dalam air payau. Aktivitas molting terganggu apabila kepiting berada dalam air tawar," ujarnya.

Ia mengatakan meskipun petani setempat tidak membudidayakan kepiting soka, namun mereka tetap melakukan aktivitas penangkapan kepiting bakau.

Sebanyak 21 orang petani di wilayah itu melakukan aktivitas penangkapan kepiting bakau untuk dijual ke Padang, Provinsi Sumatera Barat.

"Rata-rata petani tersebut mendapat sebanyak lima kilogram kepiting bakau dengan harga kepiting bakau super dengan berat di atas setengah kilogram sebesar Rp80.000 per kg dan kepiting dengan berat dibawah itu Rp60.000 per kg," ujarnya.***1***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016