Bengkulu (Antara) - Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Hulu Lais oleh PT Pertamina Geothermal Energy di Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu di direncanakan mulai berproduksi pada 2021 atau mundur tiga tahun dari rencana awal pada 2019 akibat bencana longsor yang merusak tiga sumur pembangkit.

"Seharusnya beroperasi pada 2019 tapi ada tiga sumur yang tertimbun longsor yang terjadi di sekitar sumur pembangkit," kata Sekretaris Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Bengkulu, Oktaviano di Bengkulu, Jumat.

Ia mengatakan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) membangun dua pembangkit di wilayah Provinsi Bengkulu yakni di Rimbo Pengadang di Kabupaten Lebong dan Bukit Daun di Kabupaten Rejanglebong.

Pembangunan pembangkit di Rimbo Pengadang sudah memasuki pengeboran sumur ke tujuh, namun bencana longsor yang terjadi pada April 2016 membuat operasi pembangkit tertunda.

"Mereka harus membangun lagi tiga sumur baru karena sumur uap yang ada tertimbun longsor," ucapnya.

Sementara pembangunan pembangkit Bukit Daun yang juga dilakukan PT PGE masih dalam tahap eksplorasi sumur uap.

Pengembangan pembangkit dengan energi panas bumi tersebut lanjut Oktaviano akan menambah sumber daya listrik untuk Bengkulu untuk jangka panjang.

"Untuk kebutuhan listrik rumah tangga sebenarnya sudah bisa terpenuhi pada 2019, tapi kita perlu siapkan ketersediaan energi jangka panjang, guna mendukung perekonmian," kata dia.

Daya yang dihasilkan dari PLTP Hulu Lais di dua lokasi pembangkit tersebut ditargetkan sebesar 110 MW yang akan dijual ke PT PLN untuk memenuhi kebutuhan listrik daerah ini.

Sebelumnya, Presiden Direktur PT Pertamina Geothermal Energy Irfan Zainuddin mengatakan PLTP Hululais diprediksi memiliki potensi geothermal sebesar 220 MW.

"Setelah merampungkan eksplorasi dua kali 55 MW ini, kami akan terus kerjakan mengoptimalkan potensi yang ada," katanya.***1***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017