Bengkulu (Antara) - Akademisi dari Universitas Bengkulu, Zamdial Ta`alidin mengusulkan reklamasi Pulau Tikus cukup dengan cara mengembalikan luas daratan alami pulau tersebut yakni seluas dua hektare.

"Sebaiknya reklamasi untuk mengembalikan luas pulau ke awal di mana saat ini sudah menyusut hanya 0,8 hektare," kata Zamdial di Bengkulu, Rabu.

Dosen Program Studi Kelautan Universitas Bengkulu itu mengatakan reklamasi Pulau Tikus perlu kajian komprehensif, terutama fungsi terumbu karang yang menopang pulau tersebut.

Bila reklamasi dengan cara menambah luas daratan hingga seluas 20 hektare menurut dia akan berdampak terhadap ekosistem terumbu karang yang menjadi pendukung daratan pulau.

"Terumbu karang Pulau Tikus itu bersifat terumbu tepian sehingga fungsinya untuk memperkuat keberadaan daratan," ucapnya.

Bila perluasan daratan dilakukan dengan cara menimbun terumbu karang dapat menghilangkan potensi dan fungsi terumbu karang tersebut.

Program studi Kelautan Universitas Bengkulu tambah Zamdial sudah melakukan studi awal untuk merehabilitasi terumbu karang dan penanganan abrasi yang membuat luas daratan terus menyusut.

Langkah pertama yang dilakukan untuk penyelamatan Pulau Tikus menurut dia adalah merehabilitasi terumbu karang yang sudah rusak.

"Perlu rehabilitasi terumbu karang yang sudah rusak dan mati, kemudian mengidentifikasi tumbuhan alami dan membangun pemecah gelombang untuk mengatasi abrasi," katanya menerangkan.

Pembangunan pemecah gelombang menurut dia perlu memperhitungkan kekuatan arus dan arahnya sehingga salah satu jenis pemecah gelombang yang ditawarkan adalah model jeti atau yang dibangun di wilayah Pantai Carocok, Painan, Sumatera Barat.

Sebelumnya Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bengkulu, Ricky Gunarwan mewacanakan reklamasi untuk penyelamatan Pulau Tikus yang terus menyusut akibat abrasi.

"Kalau tidak direklamasi, maka kami perkirakan lima atau 10 tahun lagi pulau ini hilang," kata Ricky.

Padahal, pulau tersebut merupakan benteng alami daratan Kota Bengkulu dari hantaman gelombang laut ganas, termasuk ancaman tsunami.***1***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017