Bengkulu (Antara) - Bank Indonesia mengajak ulama untuk mengingatkan masyarakat Provinsi Bengkulu agar mengonsumsi makanan secara wajar pada Ramadhan 2017.

Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Christin Sidabutar di Bengkulu, Rabu, menyebutkan, melalui ulama peringatan bagi masyarakat jauh lebih efektif jika dibandingkan hanya imbauan sosialisasi dari dinas terkait.

"Ulama merupakan pemimpin di luar pimpinan atau kepala daerah yang disegani oleh masyarakat, jadi masyarakat akan mengikuti apa yang disampaikan ulama, begitu juga mengenai pola konsumsi ini," kata dia.

Di Indonesia sudah menjadi sebuah fenomena bahwa selama bulan puasa konsumsi masyarakat bukannya turun, tetapi malah meningkat jauh lebih tinggi dibanding hari biasa.

"Seharusnya dengan berpuasa konsumsi akan lebih sedikit, tetapi ternyata sebaliknya. Dan sebenarnya dalam agama konsumsi berlebihan juga dilarang," katanya lagi.

Oleh sebab itu ulama menjadi tokoh yang tepat dalam menyampaikan bagaimana pola konsumsi yang baik bagi masyarakat, khususnya selama bulan puasa.

Jika dilihat dari sudut pandang perekonomian, konsumsi berlebihan lanjut Christin, juga memberikan dampak negatif, yakni mendorong tingkat inflasi daerah lebih tinggi.

"Permintaan meningkat sementara jumlah pasokan bisa saja terbatas, apalagi jika ada pedagang yang memainkan harga," ucap dia.

Hal itu sebenarnya merugikan masyarakat sendiri, untuk membeli kebutuhan pokok akan jauh lebih mahal, anggaran belanja rumah tangga masyarakat tersita lebih besar hanya untuk makanan semata.

"Untuk menghindari itu, yang paling utama yakni pola konsumsi. Satu lagi titipan kita terhadap ulama yakni mengimbau masyarakat tidak memborong atau belanja dengan panik, pasokan bahan makanan cukup di pasaran," ujar dia.***3***

Pewarta: Boyke LW

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017