Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu mencatat jumlah warga miskin di 10 kabupaten dan kota di daerah itu bertambah sebanyak 8.060 jiwa pada Maret 2012 dari sebelumnya sebanyak 303.600 jiwa.
"Jika dibandingkan antara jumlah penduduk miskin Provinsi Bengkulu pada Maret 2011 dengan Maret 2012, terjadi penambahan jumlah penduduk miskin sebanyak 8.060 orang," kata Kepala Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, Timbul Silitonga di Bengkulu, Senin.
Ia mengatakan jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebanyak 303.600 orang menjadi 311.660 orang pada Maret 2012 atau meningkat 0,20 persen. Pertambahan jumlah penduduk miskin ini membuat persentase penduduk miskin Provinsi Bengkulu meningkat dari 17,50 persen pada maret 2011 menjadi 17,70 persen pada Maret 2012.
"Ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi daerah tidak dinikmati oleh penduduk miskin yang terbukti dengan bertambahnya jumlah penduduk miskin dan tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan," katanya menjelaskan.
Ia mengatakan, garis kemiskinan di Provinsi Bengkulu meningkat sebesar 4,82 persen yakni dari Rp250.949 per kapita per bulan menjadi Rp263.050 per kapita per bulan. Hasil survei BPS, jumlah penduduk miskin di perdesaan lebih besar dibanding jumlah penduduk miskin yang tinggal di perkotaan.
Pada Maret 2011, jumlah penduduk miskin di perdesaan sebanyak 208.330 orang, meningkat menjadi 218.000 orang pada 2012. Sedangkan jumlah penduduk miskin di perkotaan pada Maret 2011 sebanyak 95.280 orang, menurun menjadi 93.670 orang pada Maret 2012.
"Kami memperkirakan penduduk miskin yang bertambah di perdesaan adalah petani yang tidak memiliki lahan atau bekerja sebagai buruh," katanya. Meski tidak memotret kantong-kantong kemiskinan di tiap kabupaten, ia mengatakan pertambahan jumlah penduduk miskin dipastikan terjadi di wilayah perdesaan.
Ia mengatakan untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Menurut BPS, dalam hal ini peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan sedikit lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di adalah beras yang mencapai 47 persen dan rokok hingga 10 persen. (ANT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012
"Jika dibandingkan antara jumlah penduduk miskin Provinsi Bengkulu pada Maret 2011 dengan Maret 2012, terjadi penambahan jumlah penduduk miskin sebanyak 8.060 orang," kata Kepala Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, Timbul Silitonga di Bengkulu, Senin.
Ia mengatakan jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebanyak 303.600 orang menjadi 311.660 orang pada Maret 2012 atau meningkat 0,20 persen. Pertambahan jumlah penduduk miskin ini membuat persentase penduduk miskin Provinsi Bengkulu meningkat dari 17,50 persen pada maret 2011 menjadi 17,70 persen pada Maret 2012.
"Ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi daerah tidak dinikmati oleh penduduk miskin yang terbukti dengan bertambahnya jumlah penduduk miskin dan tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan," katanya menjelaskan.
Ia mengatakan, garis kemiskinan di Provinsi Bengkulu meningkat sebesar 4,82 persen yakni dari Rp250.949 per kapita per bulan menjadi Rp263.050 per kapita per bulan. Hasil survei BPS, jumlah penduduk miskin di perdesaan lebih besar dibanding jumlah penduduk miskin yang tinggal di perkotaan.
Pada Maret 2011, jumlah penduduk miskin di perdesaan sebanyak 208.330 orang, meningkat menjadi 218.000 orang pada 2012. Sedangkan jumlah penduduk miskin di perkotaan pada Maret 2011 sebanyak 95.280 orang, menurun menjadi 93.670 orang pada Maret 2012.
"Kami memperkirakan penduduk miskin yang bertambah di perdesaan adalah petani yang tidak memiliki lahan atau bekerja sebagai buruh," katanya. Meski tidak memotret kantong-kantong kemiskinan di tiap kabupaten, ia mengatakan pertambahan jumlah penduduk miskin dipastikan terjadi di wilayah perdesaan.
Ia mengatakan untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Menurut BPS, dalam hal ini peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan sedikit lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di adalah beras yang mencapai 47 persen dan rokok hingga 10 persen. (ANT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012