Bengkulu (Antara) - Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bengkulu, Beni Ardiansyah mengingatkan pemerintah untuk memperhatikan dampak ekologis dari pembangunan 28 proyek strategis nasional di provinsi tersebut.

"Bengkulu ditutupi 45 persen hutan dengan kelerengan atau kemiringan yang cukup ekstrem. Jangan sampai bencana ekologis mengintai masyarakat," kata Beni menanggapi rencana pembangunan 28 proyek strategis nasional di Bengkulu, Senin.

Beni mengatakan sejumlah proyek yang patut dicermati adalah pembangunan PLTU yang merupakan produsen pencemar udara. Sementara sumber batu bara di wilayah Bengkulu sebagian besar berada dalam kawasan hutan.

Bahkan, pengerukan batu bara dalam kawasan hutan, menurut dia, sudah menjadi temuan dalam koordinasi dan supervisi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

"Persoalan pencemaran udara itu menyoal seluruh masyarakat Kota Bengkulu, termasuk saya yang tidak rela menghirup udara tercemar, padahal Bengkulu punya segudang sumber energi bersih," katanya.

Proyek lain yang patut dicermati menurutnya adalah pembangunan jalan lintas provinsi, terutama menghubungkan Bengkulu dengan Sumatera Selatan dan Bengkulu dengan Provinsi Jambi yang melintasi Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

Hutan yang tersisa dengan tutupan yang relatif baik di Bengkulu, menurut Beni, ada di TNKS. Bila pembangunan jalan membelah kawasan itu, dapat dibayangkan dampak ekologisnya.

"Seharusnya proyek strategis itu menyentuh kepentingan langsung masyarakat, misalnya saat ini nelayan dan petani semakin terpuruk akibat cuaca tak menentu dan harga komoditas anjlok," kata dia.

Sebelumnya, Gubernur Bengkulu dalam rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo menelurkan 28 proyek strategis nasional yang akan dibangun di Bengkulu.

Proyek strategis nasional itu antara lain pengembangan Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu dan kawasan industri, pembangunan rel kereta api dari Kota Kota Padang, Kabupaten Rejanglebong menuju Pulau Baai, Kota Bengkulu.

Berikutnya pembangunan galangan kapal di Pelabuhan Pulau Baai, pembangunan dan pengembangan terminal baru Bandara Fatmawati dan kargo internasional.

Pembangunan jaringan transmisi, distribusi dan gardu induk menuju Lubuklinggau-Curup-Kepahiang-Bengkulu Tengah-Kota Bengkulu, pembangunan pembangkit listrik tenaga uap batu bara berkapasitas 2 x 100 MW di Pulau Baai, Kota Bengkulu.

Selanjutnya pembangunan akses jalan baru di Sungai Lisai, Kabupaten Lebong, pembangunan akses jalan baru dari Lebong menuju Sumatera Selatan, pembangunan "feeder road" dari Kota Bengkulu-Bengkulu Tengah-Kepahiang-Rejanglebong-Lubuk Linggau.

Pembangunan sejumlah proyek stragis itu diharapkan dapat mengentaskan kemiskinan di daerah yang berada di pantai barat Sumatera ini dengan angka kemiskinan mencapai 17 persen dari jumlah penduduk.

***3***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017