Rumah pengasingan Bung Karno di Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bengkulu, menyimpan jejak penting perjuangan kemerdekaan Indonesia. Rumah bergaya kolonial Belanda ini menjadi tempat tinggal Ir. Soekarno selama pengasingannya oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dari 1938 hingga 1942.

Di sini, Bung Karno aktif dalam kegiatan sosial dan pendidikan, mengajar di Taman Siswa dan berorganisasi di Muhammadiyah. Rumah ini juga menjadi tempat pertemuannya dengan Fatmawati, yang kelak menjadi istrinya dan penjahit bendera pusaka Merah Putih.

Perjalanan cinta Soekarno dan Fatmawati dimulai di masa pengasingan di Bengkulu. Saat itu, Soekarno yang sedang menjalani hukuman pengasingan oleh pemerintah kolonial Belanda, menjalani hari-harinya dengan banyak aktivitas sosial dan pendidikan.

Rumah pengasingan Bung Karno, tempat sejarah dan cinta Sang Plokamator membara di Bumi Rafflesia. (ANTARA/ Lira Melani)

Fatmawati, yang dikenal sebagai sosok yang cerdas dan berani, mulai tertarik dengan pemikiran Bung Karno yang visioner. Selain itu, keberanian Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan dan membela hak rakyat Indonesia membuatnya sangat mengagumi sang Proklamator.

Baca juga: Dari kolonial hingga kemerdekaan: cerita sejarah Kota Tuo Bengkulu
Baca juga: Tugu Thomas Parr, jejak perlawanan Bengkulu atas kolonial yang kini jadi cagar budaya

Di sisi lain, Bung Karno juga tertarik pada Fatmawati yang memiliki keteguhan hati dan keberanian dalam memperjuangkan kemerdekaan melalui jalur yang lebih lembut, yaitu pendidikan dan pergerakan sosial. Cinta mereka berkembang dalam atmosfer perjuangan yang sangat mendalam dan penuh idealisme.


Kedekatan mereka semakin diperkuat dengan waktu, dan pada akhirnya, mereka saling jatuh cinta. Ketika Bung Karno mengalami masa-masa sulit dalam pengasingan, Fatmawati menjadi sosok yang memberikan dukungan moral dan semangat yang luar biasa.

Bung Karno yang dikenal sangat idealis, melihat dalam Fatmawati bukan hanya seorang wanita, tetapi seorang sahabat perjuangan yang dapat menemaninya dalam setiap langkah. Sementara Fatmawati, dengan segala keanggunannya, menganggap Bung Karno sebagai sosok yang dapat membawanya untuk bersama-sama mewujudkan cita-cita besar kemerdekaan Indonesia. Cinta mereka bukan hanya soal perasaan, tetapi juga terkait dengan semangat perjuangan yang satu visi: Indonesia merdeka.

Pada tahun 1943, setelah Soekarno bebas dari pengasingan, hubungan mereka semakin kokoh sampai akhirnya menikah, dan Fatmawati pun berperan besar dalam peristiwa bersejarah dalam perjuangan Indonesia, yaitu menjahit bendera pusaka Merah Putih yang dikibarkan pada saat proklamasi kemerdekaan.

Rumah pengasingan Bung Karno, tempat sejarah dan cinta Sang Plokamator membara di Bumi Rafflesia. (ANTARA/ Lira Melani)

Perawatan Rumah Pengasingan Bung Karno

Adapun rumah pengasingan Bung Karno, telah menjadi situs cagar budaya dan museum, terbuka untuk umum, dan menyimpan berbagai benda peninggalan Bung Karno yang terawat dengan baik.

Menurut Roni Aprianto, petugas pengamanan rumah tersebut, beberapa renovasi ringan telah dilakukan untuk menjaga keaslian bangunan. “Struktur utama rumah masih dipertahankan, hanya ada beberapa penyesuaian untuk kenyamanan pengunjung,” ujarnya saat ditemui akhir bulan lalu.

Baca juga: Keindahan Gunung Dempo, surga hijau di Pagar Alam
Baca juga: Bukit Kandis, pesona alam Bengkulu yang tawarkan kedamaian

Di dalam rumah, pengunjung dapat melihat berbagai benda bersejarah seperti sepeda tua Bung Karno, meja kerja, ruang tamu, dan foto dokumentasi masa pengasingan. Tersedia pula baju adat milik Ibu Fatmawati, istri Bung Karno.


Pengelolaan wisata kini semakin modern, dengan sistem pembayaran nontunai yang terhubung langsung ke pusat, cukup membayar tiket sebesar Rp5.000. Jam kunjungan dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB.

Wisatawan asal Palembang, Neni (35), mengaku terkesan dengan perawatan rumah ini. “Saya jauh-jauh datang karena penasaran. Ternyata tempatnya sangat terawat dan informatif. Anak-anak muda wajib ke sini biar tahu perjuangan pendiri bangsa,” katanya.

Rumah pengasingan Bung Karno, tempat sejarah dan cinta Sang Plokamator membara di Bumi Rafflesia. (ANTARA/ Lira Melani)

Pelajar juga sering menjadikan tempat ini sebagai sumber belajar sejarah langsung. Icha (15), siswi SMP di Bengkulu, mengatakan, “Lebih enak belajar langsung ke tempatnya, jadi tahu sejarahnya bukan cuma dari buku.”

Rumah Pengasingan Bung Karno di Bengkulu tidak hanya menjadi destinasi wisata sejarah, tetapi juga sarana edukasi yang menghubungkan generasi sekarang dengan perjuangan masa lalu. Dengan pengelolaan yang semakin modern namun tetap menjaga keaslian bangunan, rumah ini terus berdiri sebagai pengingat perjuangan sang Proklamator dan warisan berharga yang patut dijaga bersama.

Baca juga: Benteng Marlborough Bengkulu kini lebih menawan, ini perubahannya!
Baca juga: Pasar kuliner malam Barukoto: Destinasi nongkrong strategis di jantung kota Bengkulu

 

Rumah pengasingan para pahlawan di Pulau Bangka

 

 

Pewarta: Lira Melani

Editor : Anom Prihantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2025