Kawasan Kota Tuo yang terletak di Kelurahan Pasar Bengkulu, Kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu, merupakan salah satu saksi sejarah di tengah gencarnya pembangunan modern.
Kawasan yang membentang dari Tugu Perjuangan Rakyat hingga Kampung Kelawi di sepanjang Sungai Bengkulu ini menyimpan jejak masa lalu, mulai dari kerajaan Sungai Serut, kolonial Inggris, Belanda, hingga era kemerdekaan.
Dari beragam penuturan warga, Kerajaan Sungai Serut merupakan salah satu kerajaan tradisional yang pernah berdiri di wilayah Bengkulu, tepatnya di sepanjang aliran Sungai Serut. Kerajaan ini muncul pada masa sebelum kolonialisme Eropa menguasai wilayah Sumatera bagian barat, dan menjadi pusat pemerintahan serta perdagangan lokal.
Dapat dibilang, Kerajaan Sungai Serut menjadi salah satu kerajaan pertama di Provinsi Bengkulu sejak sebelum era kemerdekaan Indonesia. Dengan dinamika waktu dan penjajahan orang Eropa, kerajaan ini mengalami pasang surut.
Sungai Serut sendiri berperan sebagai jalur transportasi penting bagi aktivitas perdagangan, memudahkan pengiriman hasil bumi seperti lada, kopi, dan rempah-rempah ke berbagai daerah, serta menjadi penghubung dengan kerajaan-kerajaan tetangga.
Baca juga: Menikmati sunset senja di Pantai Panjang, Long Beach-nya Bengkulu untuk terapi alam di pesisir barat Sumatera
Baca juga: Bukit Kandis, pesona alam Bengkulu yang tawarkan kedamaian
Kerajaan Sungai Serut juga dikenal memiliki struktur pemerintahan tersendiri yang dipimpin oleh raja atau penguasa lokal, yang dibantu oleh para pembesar untuk mengatur urusan administrasi, hukum adat, dan pertahanan wilayah. Kerajaan ini menjadi saksi perkembangan masyarakat lokal, interaksi dengan pedagang asing, dan perubahan politik yang terjadi akibat pengaruh kolonial Inggris dan Belanda.
Jejak sejarah Kerajaan Sungai Serut kini masih dapat ditemui di kawasan Kota Tuo Bengkulu, yang menyimpan peninggalan arsitektur dan artefak sebagai bukti peradaban masa lalu.
Adapun terkait revitalisasi Kota Tuo dimulai sejak 2021 dan dilanjutkan dengan perbaikan besar pada 2024 membuat kawasan ini lebih tertata setelah sempat sepi akibat kerusakan tanah di tepi sungai. Kini, Kota Tuo tidak hanya menjadi tujuan wisata sejarah, tetapi juga ruang yang mendukung perekonomian warga sekitar.
Bagi warga dan pengunjung, Kota Tuo bukan sekadar tempat bersantai, melainkan identitas sejarah yang layak dijaga. Ibu Kurnia (46), pedagang es jeruk yang sudah beberapa tahun berjualan di kawasan ini, mengaku bersyukur Kota Tuo kembali ramai meski belum seperti dulu.
“Saya sudah berdagang di sini hampir lima tahun. Dulu pengunjungnya ramai, tapi sempat sepi waktu sebagian tanah amblas. Setelah diperbaiki, sekarang mulai hidup lagi. Harapan saya, semoga makin banyak wisatawan yang mau berkunjung ke sini dan Kota Tuo ini makin dikenal dengan masyarakat luas,” ujarnya.
Menurut dia, Kota Tuo menyimpan nilai sejarah yang tidak boleh dilupakan. “Dari cerita orang tua dulu, kawasan ini sudah ada sejak zaman kolonial dan banyak peninggalan lama yang masih tersisa. Kalau tempat ini terus dijaga, anak cucu kita nanti bisa tahu sejarahnya dan tidak hanya dengar dari cerita saja,” kata dia.
Baca juga: Snorkeling hingga sunset romantis, inilah daya tarik Pulau Tikus bak Maldives dari Bengkulu
Baca juga: INSA Bengkulu dukung normalisasi alur Pelabuhan Pulau Baai
Hal senada dirasakan Pita (18), warga asli Bengkulu yang datang berkunjung bersama temannya. Ia melihat Kota Tuo sebagai bagian dari sejarah yang penting dikenang.
“Waktu kecil saya sering diajak orang tua ke sini. Setelah dibenahi, sekarang lebih bersih dan nyaman,” katanya.
Pita juga menilai Kota Tuo bukan hanya tempat rekreasi, tetapi juga ruang belajar sejarah. “Di sini kita bisa lihat langsung peninggalan lama yang masih ada, seperti rumah tua dan tugu. Menurut saya, ini penting supaya generasi muda tahu kalau Bengkulu punya sejarah panjang yang tidak kalah dengan daerah lain,” katanya.
Aurel (20), pengunjung lainnya, menilai Kota Tuo memiliki daya tarik tersendiri karena suasana klasiknya.
“Saya suka suasana di sini, beda dari mall. Banyak spot foto bagus. Kalau ada festival budaya atau event lokal, pasti lebih hidup. Saya berharap Kota Tuo bukan hanya tempat foto, tapi benar-benar jadi ruang budaya masyarakat,” kata dia.
Kini, Kota Tuo menjadi simbol pertemuan masa lalu dan masa kini. Meski modernisasi terus berjalan, kawasan ini tetap menyimpan cerita dan potensi besar bagi ekonomi warga sekitar.
Tantangannya adalah bagaimana menghidupkan dan menjadikan Kota Tuo bukan hanya sebagai saksi sejarah, tetapi juga sebagai ruang hidup yang relevan bagi generasi sekarang dan mendatang.
Baca juga: Tugu Thomas Parr, jejak perlawanan Bengkulu atas kolonial yang kini jadi cagar budaya
Baca juga: Sensasi melangkah di atas ombak jembatan gantung Pantai Sungai Suci Bengkulu
Desa Wisata Pela di Kaltim bidik titel Best Tourism Village dari PBB
Editor : Anom Prihantoro
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2025