Di tengah hiruk-pikuk Kota Bengkulu, terdapat sebuah monumen yang berdiri kokoh sebagai saksi bisu perlawanan rakyat terhadap penjajahan. Tugu Thomas Parr, yang terletak di Kelurahan Pasar Melintang, Kecamatan Gading Cempaka, menjadi salah satu tengara yang tak hanya menyimpan jejak sejarah, tetapi juga memancarkan aura pendidikan dan wisata budaya.
Monumen ini, yang dibangun pada tahun 1808, mengenang Thomas Parr, Residen Inggris yang tewas dalam insiden tragis pada 1807. Tugu ini tidak hanya berfungsi sebagai penghormatan kepada sosok yang penuh kontroversi, tetapi juga sebagai pengingat perlawanan keras rakyat Bengkulu terhadap kebijakan kolonial yang menindas.
Berlokasi berdekatan dengan Benteng Marlborough, salah satu peninggalan kolonial Inggris yang terjaga dengan baik, Tugu Thomas Parr kini telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010.
Dengan taman kecil yang mengelilinginya, pagar pengaman, serta papan informasi yang menyertai, monumen ini semakin memancarkan pesona sejarah yang tak boleh dilupakan.
Dian Arifah (28), seorang warga lokal yang sering menghabiskan waktu sore di sekitar taman tugu, merasakan perubahan di kawasan ini. Ia mengeluhkan belum ada informasi cukup mengenai sejarah tugu, misalnya dengan prasasti yang bertutur tentang sejarah monumen tersebut.
Baca juga: Menikmati sunset senja di Pantai Panjang, Long Beach-nya Bengkulu untuk terapi alam di pesisir barat Sumatera
Baca juga: Bukit Kandis, pesona alam Bengkulu yang tawarkan kedamaian
"Tempatnya sekarang jauh lebih bersih dan nyaman untuk santai. Tapi saya merasa, masih banyak orang yang datang hanya untuk berfoto tanpa tahu siapa sebenarnya Thomas Parr dan mengapa dia dibunuh," kata dia.
Dian mengusulkan agar lebih banyak informasi sejarah disediakan, agar pengunjung bisa lebih memahami konteks dan pentingnya monumen ini.
Selain sebagai objek sejarah, keberadaan Tugu Thomas Parr juga membawa dampak positif bagi perekonomian setempat.
Budi Ramadhan (34), seorang pedagang kaki lima di sekitar lokasi, mengungkapkan, "Setiap akhir pekan, pengunjung selalu ramai, apalagi jika ada acara seni atau komunitas. Keberadaan tugu ini sangat membantu kami sebagai pedagang. Namun, saya berharap kawasan ini tetap dijaga agar tetap menarik."
Eka Prasetya (47), seorang warga yang tinggal dekat dengan tugu, menegaskan pentingnya pemahaman sejarah yang jujur di balik monumen tersebut.
"Tugu ini bukanlah simbol penghormatan, melainkan pengingat tentang perjuangan rakyat Bengkulu melawan kesewenang-wenangan penjajah. Kita perlu menyampaikan sejarahnya dengan jujur, agar masyarakat paham konteks yang sebenarnya."
Baca juga: Lemang tapai, hidangan wajib di perayaan adat dan wisata kuliner Bengkulu
Baca juga: Keindahan Gunung Dempo, surga hijau di Pagar Alam
Saat ini, Tugu Thomas Parr tidak hanya sekadar simbol kolonialisme Inggris, tetapi telah bertransformasi menjadi ruang publik terbuka, sumber edukasi sejarah, dan destinasi wisata budaya yang menarik.
Lokasinya yang strategis di pusat Kota Bengkulu membuatnya mudah diakses oleh masyarakat maupun wisatawan. Dengan perawatan yang berkelanjutan dan penyediaan informasi sejarah yang lebih lengkap, tugu ini berpotensi menjadi ikon edukatif dan wisata sejarah yang bernilai bagi Provinsi Bengkulu.
Baca juga: Snorkeling hingga sunset romantis, inilah daya tarik Pulau Tikus bak Maldives dari Bengkulu
Baca juga: Sensasi melangkah di atas ombak jembatan gantung Pantai Sungai Suci Bengkulu
Lapangan golf Singapura tutup, Batam jadi primadona baru wisata golf
Editor : Anom Prihantoro
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2025