Rejang Lebong (Antara) - Perkembangan harga jual cabai merah keriting ditingkatan petani di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu saat ini mengalami penurunan dari Rp20.000 menjadi Rp18.000 per kilogram.
Joko (30) salah seorang petani cabai merah keriting yang ada di Dusun V Desa Air Meles Bawah, Kecamatan Curup Timur, Sabtu, mengatakan penurunan harga jual cabai merah keriting di daerah itu sudah terjadi sejak satu bulan belakangan.
"Harganya turun sejak sebulan lalu dan sampai sekarang belum naik lagi. selain harganya turun, saat ini tanaman cabai rentan di serang hama dan penyakit," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017
Joko (30) salah seorang petani cabai merah keriting yang ada di Dusun V Desa Air Meles Bawah, Kecamatan Curup Timur, Sabtu, mengatakan penurunan harga jual cabai merah keriting di daerah itu sudah terjadi sejak satu bulan belakangan.
"Harganya turun sejak sebulan lalu dan sampai sekarang belum naik lagi. selain harganya turun, saat ini tanaman cabai rentan di serang hama dan penyakit," katanya.
Petani cabai Rejanglebong
Beberapa jenis penyakit yang menyerang tanaman cabai petani di wilayah itu kata dia, seperti busuk layu yang menyerang di bagian batang tanaman. Penyakit yang disebabkan jamur ini, jika sudah menyerang tanaman cabai dan terlambat ditangani maka akan merusak seluruh tanaman yang ada di kebun.
"Penyakit ini akibat jamur, sehingga membutuhkan penanganan dengan penyemprotan yang rutin. Jika terlambat ditangani bisa merusak semua tanaman di kebun," ujarnya.
Joko yang mengelola lahan seluas satu hektare itu mengaku selama musim tanam cabai kali ini hanya mendapatkan hasil 350 kg, pada hal jika lagi normal hasil kebunnya itu bisa mencapai 900 hingga satu ton.
Dari usahanya menanam cabai yang jika dihitung dari mulai penanaman sampai panen memakan waktu tiga bulan ini dirinya hanya mengantongi keuntungan berkisar Rp3 jutaan, mengingat modal usaha yang dikeluarkannya mencapai Rp4 juta.
Beberapa jenis penyakit yang menyerang tanaman cabai petani di wilayah itu kata dia, seperti busuk layu yang menyerang di bagian batang tanaman. Penyakit yang disebabkan jamur ini, jika sudah menyerang tanaman cabai dan terlambat ditangani maka akan merusak seluruh tanaman yang ada di kebun.
"Penyakit ini akibat jamur, sehingga membutuhkan penanganan dengan penyemprotan yang rutin. Jika terlambat ditangani bisa merusak semua tanaman di kebun," ujarnya.
Joko yang mengelola lahan seluas satu hektare itu mengaku selama musim tanam cabai kali ini hanya mendapatkan hasil 350 kg, pada hal jika lagi normal hasil kebunnya itu bisa mencapai 900 hingga satu ton.
Dari usahanya menanam cabai yang jika dihitung dari mulai penanaman sampai panen memakan waktu tiga bulan ini dirinya hanya mengantongi keuntungan berkisar Rp3 jutaan, mengingat modal usaha yang dikeluarkannya mencapai Rp4 juta.
Petani cabai Rejanglebong
Modal usaha ini diantaranya untuk pembelian plastik mulsa sebanyak lima gulung, biaya pengolahan lahan, pembelian pupuk dan obat-obatan pertanian. Sedangkan benihnya diambil dari benih turunan hasil panen sebelumnya.
Hal yang sama juga diutarakan Mulkan (35) petani cabai diatas lahan milik Perum Bulog di Jalan Sukowati Curup, dan berharap harga jual cabai merah ini dapat kembali stabil mengingat saat perubahan musim seperti ini tanaman cabai rentan diserang hama penyakit sehingga membutuhkan biaya perawatan lebih banyak.***3***
Modal usaha ini diantaranya untuk pembelian plastik mulsa sebanyak lima gulung, biaya pengolahan lahan, pembelian pupuk dan obat-obatan pertanian. Sedangkan benihnya diambil dari benih turunan hasil panen sebelumnya.
Hal yang sama juga diutarakan Mulkan (35) petani cabai diatas lahan milik Perum Bulog di Jalan Sukowati Curup, dan berharap harga jual cabai merah ini dapat kembali stabil mengingat saat perubahan musim seperti ini tanaman cabai rentan diserang hama penyakit sehingga membutuhkan biaya perawatan lebih banyak.***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017