Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Pasokan gula aren dari sentra produksi di Kabupaten Rejang Lebong menjelang Ramadhan berkurang ke sejumlah pasar tradisional di Bengkulu turun dari biasanya karena para pengrajin mengurangi produksinya.

Para pengrajin gula aren di sentra produksi Desa Air Meles, Kecamatan Kota Curup, Rejang Lebong akhir-akhir ini cendrung memperbanyak menjual bahan baku air nira pada pedagang tuak, kata seorang pedagang pengumpul gula aren Rahmah dihubungi, Senin.

Ia mengatakan, para pengrajin akhir ini cendrung malas memproduksi gula aren mereka beralasan menjual air nira lebih menguntungkan. Dengan demikian pasokan gula aren turun sekitar 30 persen dari produksi rata-rata lima ton per minggu, sedangkan permintaan terjadi naik, terutama dari Kota Bengkulu dan Lubuk Linggau, Sumsel.

Untuk memenuhi permintaan itu, pihaknya membeli pada sentra produksi di Kecamatan Sindang Kelinggi, meskipun di daerah itu sudah banyak pesanan menjelang Ramadhan ini, ujarnya.

seorang pengrajin gula aren di Desa Air Meles Atas Sarmin mengatakan, piahknya cendrung menjual air nira untuk bahan baku tuak karena permintaannya cukup tinggi. "Kalau menjual gula aren masih melalui proses panjang, tapi menjual air nira sangat muda mendapatkan uang," katanya.

Ia menjelaskan, setiap liter air nira dijual Rp5.000-Rp10.000 kepada pembuat minuman tuak, tapi bila membuat gula aren bisa menghabiskan banyak air nira dan hasilnya sangat minim. Setiap kilogram gula aren menghabiskan air nira lima hingga enam liter dan harga gula aren Rp18.000/kg.

Bila menjual air nira pada pembuat tuak bisa mendapatkan uang antara Rp25.000 hingga Rp30.000,-.
"Dengan perbedaan itu kami cendrung berubah menjual air nira saja, meskipun kegiatan mebuat gula aren itu sudah berjalan secara turun menurun, namun tetap memperhitungkan keuntungannya, ujarnya.(Z005)

Pewarta:

Editor : Rangga Pandu Asmara Jingga


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012