Dunia botani Indonesia patut berbangga dan berterima kasih kepada Agus Susatya. Dosen Jurusan Kehutanan, Universitas Bengkulu ini baru saja berhasil menambah daftar jenis bunga langka dilindungi Rafflesia sp lewat penemuan dan deskripsi jenis baru yang diberi nama Rafflesia kemumu.

Publikasi tentang Rafflesia kemumu diterbitkan dalam jurnal Phytotaxa, jurnal ilmiah dari Selandia Baru pada 28 Oktober 2017 dan beberapa hari kemudian dirilis di laman resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK).

Penemuan Agus membuat Indonesia kini menjadi rumah bagi 15 dari 30 jenis Rafflesia sp yang ada di dunia.

Temuan ini pun semakin menegaskan Bengkulu sebagai Bumi Rafflesia di mana Rafflesia arnoldii, yakni jenis Rafflesia pertama yang dideskripsikan pada 1821 berasal dari kawasan hutan Pulau Lebar, Kabupaten Bengkulu Selatan.

Kini, teridentifikasi lima jenis bunga rafflesia di wilayah hutan Provinsi Bengkulu, yaitu Rafflesia arnoldii, Rafflesia gadutensis, Rafflesia hasselti, Rafflesia bengkuluensis dan terbaru Rafflesia kemumu.

Agus mengatakan pihaknya memberi nama Kemumu untuk menghormati habitat tempat jenis ini tumbuh.

Ia pun berkisah tentang ikhwal penemuan Rafflesia kemumu di hutan Boven Lais, bagian dari lansekap Hutan Lindung Bukit Daun wilayah Bengkulu Utara. Penelitian jenis baru ini dimulai awal tahun 2016.

Peran anggota Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) Bengkulu Utara yang rutin memantau habitat bunga Rafflesia sp di kawasan hutan sekitar air terjun Palak Siring, Kemumu, cukup penting dalam penemuan Rafflesia kemumu.

Koordinator KPPL Bengkulu Utara Septian Riki yang pertama kali memperhatikan keunikan Rafflesia kemumu. Pengalaman selama tiga tahun terakhir memantau bunga rafflesia mekar di Boven Lais membuat Septian terbiasa mengamati perbedaan antara satu bunga dengan lainnya.

Atas informasi Septian yang namanya dimasukkan menjadi satu dari tiga penemu Rafflesia kemumu, Agus mulai meneliti bunga tersebut dan menemukan lebih dari enam perbedaan antara Rafflesia kemumu dengan Rafflesia gadutensis.

Rafflesia Kemumu.

Rafflesia gadutensis yang ditemukan dan dideskripsikan pertama kali di wilayah Ulu Gadut, Provinsi Sumatera Barat, pada 1984 dijadikan pembanding sebab jenis ini yang paling mirip dengan Rafflesia kemumu.

Seperti dalam publikasinya, Agus menjelaskan setidaknya ada enam perbedaan morfologi antara Rafflesia kemumu dengan Rafflesia gadutensis.

Perbedaan pertama ada pada warna bunga saat mekar. Rafflesia gadutensis lebih merah, sedangkan Rafflesia kemumu oranye.

Tapi,kata dia, perbedaan warna tidak selamanya bisa dijadikan patokan. Kita harus lebih jeli dengan membedakan morfologi lainnya.

Perbedaan morfologi tersebut berupa bintik kelopak atau perigon, di mana bintik pada perigon Rafflesia gadutensis adalah tunggal, sedangkan pada Rafflesia kemumu membentuk barisan kecil-kecil.

Berikutnya ada pada diaphragma bagian atas di mana pada Rafflesia gadutensis terdapat bintik berwarna putih kemerahan hingga merah gelap, sedangkan pada jenis Rafflesia kemumu tidak terdapat bintik.

Perbedaan lain terdapat pada susunan bintik pada windows atau di balik diaphragma, di mana pada Rafflesia gadutensis susunan bintiknya berbaris dan melebar, sedangkan pada Rafflesia kemumu berbentuk bintik tunggal.

Kemudian tipe dan penyebaran ramenta antara kedua jenis itu juga berbeda, di mana ramenta Rafflesia kemumu terdiri dari bermacam bentuk mulai dari bentuk jamur hingga brokoli, sedangkan Rafflesia gadutensis hanya berbentuk brokoli.

Terakhir pada susunan dan jumlah perisai atau anther di mana jumlah anther Rafflesia kemumu lebih banyak dan terdapat satu prosesi di tengah cakram, sedangkan pada jenis Rafflesia gadutensis jumlahnya lebih sedikit dan tidak terdapat prosesi di tengah cakram.

Perbedaan morfologi itu pun telah melewati perdebatan panjang dengan penelaah atau reviewer. Dengan ulasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, Rafflesia kemumu dari Bengkulu Utara yang dideskripsikan Agus Susatya bersama Siti Nur Hidayati dan Septian Riki ditetapkan sebagai spesies baru keluarga Rafflesiaceae.



Terancam Punah

Di kalangan peneliti dan pakar flora marga Rafflesia, nama Agus Susatya sudah tak asing lagi. Sebelumnya, pria kelahiran Purworejo, Agustus 1961, ini telah menemukan dua jenis rafflesia lainnya, yakni Rafflesia bengkuluensis dan Rafflesia lawangensis.

Rafflesia bengkuluensis ia temukan dan deskripsikan bersama Profesor K. Mat Salleh dari Universitas Kebangsaan Malaysia dan Arianto Wahyudi dari Universitas Bengkulu. Bunga langka itu mereka temukan di belukar tua dekat Talang Tais, Kabupaten Kaur, Bengkulu, pada 2005.

Jenis ini memakai nama epithat Bengkuluensis untuk menghormati Bengkulu sebagai lokasi pertama kali jenis rafflesia itu dideskripsikan. Publikasi tentang Rafflesia bengkuluensis terbit di jurnal ilmiah Folia Malaysiana 6.

Berikutnya pada 2010, Agus bersama tiga orang rekannya, yakni Profesor K. Mat Salleh, Ridha Mahyuni dari LIPI dan J.F. Veldkam, seorang botanis dari Universitas Leiden menemukan dan mendeskripsikan Rafflesia lawangensis di Bukit Lawang, Sumatera Utara, bagian dari bentang alam Taman Nasional Gunung Leuser.

Menurut Agus, besar kemungkinan masih ada jenis rafflesia baru yang belum teridentifikasi di hutan Bengkulu dan Sumatera secara keseluruhan. Khususnya di Bengkulu bagian utara, ia memprediksi ada beberapa jenis baru yang belum teridentifikasi.

Bahkan di pulau-pulau kecil di pesisir barat Sumatera, Agus pun meyakini terdapat jenis rafflesia yang berbeda dan belum teridentifikasi.

Seperti rafflesia di Pulau Mursala di pesisir barat Tapanuli Selatan, mereka sebut jenis Rafflesia gadutensis tanpa identifikasi lebih lanjut.

Termasuk di kawasan hutan Pulau Enggano, pulau terluar Bengkulu, Agus pernah menemukan tumbuhan inang rafflesia sehingga ada potensi bunga itu tumbuh dan mekar di pulau tersebut.

Namun, kondisi hutan Pulau Sumatera dan pulau-pulau kecil di pesisir barat Sumatera yang semakin kritis membuat Agus khawatir. Alih fungsi hutan menjadi kebun dan berbagai kepentingan lain membuat Rafflesia sp terancam punah.

Padahal, sebaran puspa langka Rafflesia sp yang tinggi di wilayah Provinsi Bengkulu dapat dijadikan modal pengembangan ekowisata.

Hutan lindung Bukit Daun di jalan lintas Bengkulu-Kepahiang dinilai paling potensial jadi tujuan ekowisata habitat Rafflesia karena letaknya sangat strategis.

Bersama Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) Bengkulu, Agus pun turut menginisiasi Forum Masyarakat Peduli Rafflesia, yaitu organisasi bagi masyarakat beberapa desa di Kabupaten Bengkulu Tengah yang rutin memantau habitat rafflesia serta memamerkan bunga yang mekar kepada masyarakat.

"Perlu keseriusan semua pihak, terutama pemerintah daerah dalam mengelola flora unik Rafflesia sp, sehingga berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat dan habitat bunga ini pun lestari," kata dia.

Lebih jauh, Agus berharap penemuan Rafflesia kemumu menjadi momentum untuk mengangkat nama Bengkulu sekaligus mengajak semua pihak untuk melestarikan kawasan hutan Indonesia yang menjadi "gudang" plasma nutfah.***3***

Video terkait

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017