Jakarta (Antara) - Pengamat komunikasi politik Hendri Satrio memperkirakan isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) akan digunakan sebagai strategi untuk memenangkan pemilihan kepala daerah, pemilihan legislatif, dan pemilihan presiden.

"Ya, karena sudah ada contohnya (Pilkada DKI Jakarta), saya yakin isu SARA akan digunakan lagi," kata Hendri dalam acara diskusi bertajuk Kesiapan Pilkada Serentak 2018, di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan bahwa isu SARA masih mampu menarik perhatian pemilih karena iklim politik di Indonesia masih belum dewasa.

"Selama kita belum dewasa secara politik, kita akan begitu (termakan isu SARA). Jadi, toleransi hanya di mulut saja," katanya.

Menurut dia, agar isu SARA tidak berembus kencang, pemerintah harus berupaya untuk memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat. "Harus ada pemerataan ekonomi sehingga masyarakat tidak terlalu panas kondisinya," katanya.

Selain itu, Hendri berharap tidak ada pasangan calon peserta pemilu yang mengusung isu agama sebagai keunggulan kandidat mereka.

Pencoblosan pada Pilkada Serentak 2018 akan dilaksanakan pada 27 Juni 2018 di 17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten. Tahapan Pilkada Serentak 2018 telah dimulai 10 bulan sebelum hari pencoblosan, yakni sejak Agustus 2017.

Dalam mengawal pelaksanaan Pilkada Serentak 2018, jumlah anggota Polri yang dlibatkan mencapai 171.507 orang, 36.968 anggota TNI dan 756.470 personel linmas.***2***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017