Bengkulu (Antaranews Bengkulu) - Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu merilis, terjadinya anomali harga komoditas beras menjadi salah satu pendorong utama inflasi Bengkulu pada Januari 2018.
"Jumlah beras sesuai angka yang kami terima mengalami surplus namun disaat yang bersamaan juga mengalami kenaikan harga, seharusnya jika komoditas tersedia, harganya akan turun," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Budi Hardiyono, di Bengkulu, Kamis.
Setelah pengecekan ke lapangan, kata dia, ternyata Bengkulu terlihat seperti kekurangan komoditas beras, salah satunya, karena ada jenis produk beras tertentu yang disimpan oleh salah satu super market besar akibat terlanjur membeli komoditas dengan harga di atas harga eceran tertinggi (HET).
"Jadi mereka tidak bisa menjual karena harganya di atas regulasi pemerintah, sementara kalau dijual akan mengalami kerugian, jadi memilih menyimpannya," kata dia.
Sedangakan perubahan harga beras ini, lanjut dia, menjadi penyebab teratas dari 10 komoditas penyumbang inflasi tertinggi untuk Januari 2018.
Beras memberi andil inflasi sebesar 0,31 persen, dari nilai inflasi Kota Bengkulu yang dicatat sebesar 0,99 persen (mtm).
Atau jika melihat pengelompokannya, kelompok bahan makanan mengalami inflasi bulanan cukup tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya, yakni sebesar 3,27 persen (mtm).
Selain beras, inflasi komoditas bahan pangan juga terjadi pada daging ayam ras, ikan laut, tomat dan jengkol.
"Kita diuntungkan kelompok transportasi pesawat malah mengalami deflasi minus 0,11 persen, jadi inflasi bulanan daerah masih bisa di bawah satu persen," ujarnya.
Biasanya penyumbang inflasi tertinggi untuk Provinsi Bengkulu adalah pada transportasi udara. Pada 2017 tak jarang transportasi udara menjadi komoditas teratas yang mengalami inflasi.***3***

Pewarta: Boyke LW

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018