Bengkulu (Antaranews Bengkulu) - Aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bengkulu menyebutkan bahwa krisis ekologi akibat industri ekstraktif diantaranya tambang batu bara membuat kaum perempuan semakin menderita karena mereka makin sulit mengakses sumber daya alam yang jadi kebutuhan dasarnya.

"Perempuan mengalami penderitaan dua kali lipat akibat industri ekstraktif baik secara sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan," kata Manajer Kampanye Hak-Hak Perempuan Walhi Bengkulu, Meike Inda Erlina di Bengkulu, Kamis.

Ia mengatakan akses dan kontrol terhadap sumber-sumber daya alam pun semakin sulit didapatkan perempuan. Ada yang harus terusir dari lahannya akibat kebijakan tata kelola lahan yang salah.

Kondisi ini membuat para perempuan mencari alternatif lain agar bisa bertahan hidup. Mereka rela melakukan pekerjaan apapun termasuk beralih dari petani menjadi buruh kasar.

"Menyambut Hari Perempuan Internasional ini kami menyuarakan aspirasi dan semangat juang para perempuan yang tertindas karena industri ekstraktif," kata dia.

Pada aktivitas pertambangan yang secara brutal mengekspansi lahan, telah menyebabkan kualitas air tanah menurun dan menimbulkan polusi udara.

Karena itu, Walhi secara nasional mendesak pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk mengoreksi secara mendasar kebijakan ekonomi yang bertumpu pada industri ekstraktif yang telah merampas sumber-sumber kehidupan perempuan yang berujung pada pemiskinan struktural terhadap perempuan.

Pemerintah juga didesak melakukan pemulihan atas hak-hak sosial budaya dan ekologis yang selama ini telah dihancurkan oleh pembangunan atas nama pembangunan ekonomi dan memberikan pengakuan dan perlindungan terhadap inisiatif perempuan dan komunitasnya dalam melindungi lingkungan hidup dan mengelola sumber-sumber agrarianya yang kini semakin terancam oleh industri tambang.

Pemerintah juga didesak menghentikan berbagai tindak kekerasan dan kriminalisasi terhadap perempuan yang memperjuangkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta melindungi perempuan pembela lingkungan hidup dan pejuang agraria dari serangan kekuatan korporasi dan melibatkan partisipasi perempuan secara bermakna dalam pengambilan kebijakan/keputusan dari tingkat desa hingga nasional serta mengakui dan memajukan pengetahuan dan pengalaman perempuan dalam mengelola lingkungan hidup dan sumber-sumber agraria.

Pewarta: Helti Marini S

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018