Bengkulu (Antaranews Bengkulu) - DPRD Kota Bengkulu menggelar rapat paripurna istimewa Rabu (19/3) dalam rangka memperingati HUT ke-299 Kota Bengkulu.

Rapat dipimpin oleh Wakil Ketua DPRD Kota Bengkulu Yudi Darmawansyah, dan turut hadir pejabat wali kota, Budiman Ismaun serta sejumlah unsur pimpinan Pemkot dan DPRD kota yang terlihat mengenakan pakaian adat daerah.

Selain itu turut hadir pula pimpinan DPRD Provinsi Bengkulu dan unsur forum komunikasi pimpinan daerah lainnya yang juga ikut berpakaian adat.

Penggunaan pakaian adat itu dimaksudkan agar nilai-nilai budaya daerah tidak luntur di tengah-tengah modernisasi zaman dan kemajuan teknologi saat ini.

Tidak hanya pakaian adat, rapat paripurna istimewa ini juga menggunakan Bahasa Bengkulu, pimpinan rapat, Yudi Darmawansyah memulai paripurna peringatan HUT ke 299 Kota Bengkulu dengan mengisahkan tentang sejarah terbentuknya Bengkulu.

"Berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Bengkulu Nomor 01 Tahun 1991, Kota Bengkulu Secaro resmi ditetapkan pembentukannyo pado tanggal 17 Maret 1719," kata dia dengan menggunakan Bahasa Bengkulu.
 
HUT Kota Bengkulu ke-299 (Foto Antarabengkulu)

Menurut sejarah, cikal bakal Kota Bengkulu adalah pusat perdagangan Pemerintah Inggris yang bernama Marlborough yang oleh orang Bengkulu menyebutnya Pasar Melabero.

Menurutnya, Kota Bengkulu pada awalnya berupa kerajaan-kerajaan kecil yang terdiri dari, kerajaan Sungai Lemau dengan raja yang berasal dari Pagaruyung, Sumatera Barat dengan gelar Datuk Bagindo Maharajo Sakti, Kerajaan Sungai Serut dengan raja yang berasal dari Kerajaan Majapahit yang bergelar Ratu Agung.

Lebih lanjut Yudi menjelaskan, bahwa Raja Ratu Agung mempunyai tujuh orang anak dan anak bungaunya bernama Ratu Gading Cempaka yang cantik dan dipinang oleh Putra dari Raja Aceh.
 
"Pinangan rajo aceh diterimo, dan rajo aceh balik ke negerinyo, akan tetapi malang tak dapek ditolak, ketiko putra Rajo Aceh datang untuk melaksanakan pernikahan ayahhanda Ratu Gading Cempaka meninggal dunio, dan kakanyo yang menggantikan tahta menolak pernikahan kareno masih dalam suasano berkabung," kata dia.

Penolakan untuk melangsungkan pernikahan oleh kakak Ratu Gading Cempaka yang bernama Rajo Anak Dalam Muaro Bangkahulu tersebut membuat Raja Aceh tidak terima keputusan tersebut dan menyerang Bengkulu.

Untuk mengusirnya, Rajo Anak Dalam membuat blokade di hulu sungai dan sukses dengan taktiknnya sehingga nama beliau diabadikan menjadi nama kota yaitu Bangkahulu dan lazim disebut Bengkulu.(Adv)

Baca juga: Kota Bengkulu gelar upacara peringati HUT ke-299

Pewarta: Boyke ledy watra

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018