Mukomuko (Antaranews Bengkulu) - Produksi tandan buah segar kelapa sawit petani di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu sejak bulan Januari hingga April tahun ini mengalami musim "trek" atau sedikit berbuah diduga karena pergantian musim hujan ke kemarau.

"Sejak empat bulan ini musim `trek` atau tanaman kelapa sawit sedikit berbuah. Kini produksi buah sawit petani setempat mulai naik," kata Kasi Kemitraan dan Perizinan Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko Sudianto, di Mukomuko, Rabu.

Tanaman kelapa sawit milik petani di wilayah tersebut mengalami musim "trek" atau sedikit berbuah terjadi sejak bulan Januari hingga April tahun ini, diduga karena pengaruh cuaca dari musim hujan ke kemarau.

Ia menyebutkan, produksi buah sawit di lahan seluas satu hektare milik petani setempat selama musim "trek" di daerah itu, turun berkisar 10-30 persen atau turun dari sebanyak 1,5 ton menjadi 1,1 ton.

Produksi lahan perkebunan kelapa sawit di lahan seluas satu hektare pada musim trek sebesar satu ton, kini naik menjadi 1,1 ton.

Menurutnya, saat ini produksi tandan buah segar kelapa sawit milik petani setempat mulai mengalami kenaikan. Namun kenaikannya belum merata di seluruh wilayah daerah tersebut.

Produksi tandan buah segar kelapa sawit milik petani yang rutin memelihara tanamannya dan menggunakan bibit sawit unggul lebih cepat naik dibandingkan yang jarang memelihara tanamannya.

Apalagi produksi buah sawit milik petani yang menggunakan bibit asalan lebih lama naik.

Selain itu, pengaruh musim "trek" terhadap tanaman kelapa sawit milik petani yang rutin melakukan pemeliharaan tanamannya dan menggunakan bibit unggul sangat sedikit.

Kendati demikian, menurutnya, setelah musim tanaman kelapa sawit sedikit berbuah berakhir, seluruh tanaman kelapa sawit milik petani setempat akan berangsur naik produksinya.

Terkait dengan penurunan harga jual buah sawit di tingkat pabrik selama sebulan terakhir, yakni berkisar Rp1.300 per kg, menurutnya, belum berpengaruh terhadap pendapatan petani setempat.

Pendapatan petani sawit di daerah itu turun drastis apabila harga buah sawit di tingkat pabrik di bawah Rp1.000 per kg, mengingat dengan harga sebesar itu petani hanya memperoleh sebesar Rp800 per kg atau sebesar Rp200 per kg, di antaranya untuk upah buruh dodos dan transportasi kendaraan.

Pewarta: Ferri Arianto

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018