Bengkulu (Antaranews Bengkulu) - "Pendap" merupakan kuliner yang sebenarnya masih sejenis dengan pepes, namun ada yang unik dari makanan khas Provinsi Bengkulu ini kalau dibandingkan dengan pepes pada umumnya.
Jika pepes berbahan ikan yang dirempahi dan dibungkus dengan daun pisang, maka pendap memiliki ciri khas mencolok lain dari bahan dan rempahnya.
"Pepes kan ikannya dirempahi, dibungkus daun pisang lalu dibakar atau dikukus, sedangkan pendap, untuk bahan utama yakni ikan, itu harus difermentasi atau kalau kata orang dibusukkan dulu," kata salah satu penggiat sekaligus penjual pendap di Jalan Tanjung Agung, Kota Bengkulu, Siti Suryani, Selasa.
Selain itu yang membedakan makanan khas Bengkulu ini dengan pepes lainnya lanjut dia, yaitu ikan dan rempah dilumuri parutan kelapa yang masih muda.
Selanjutnya bahan utama ini dibungkus dengan beberapa lapis daun talas, daun ini nantinya ikut dimakan bersama lauk utama yang terbungkus di dalamnya.
"Nah setelah dibungkus daun talas, lalu baru terakhir dibungkus dengan daun pisang, dan si kukus," kata dia.
Berbeda dengan pepes yang hanya butuh waktu 30 menit sampai satu jam dipanggang atau kukus, pendap membutuhkan waktu terbilang sangat cukup lama pengukusannya, mencapai delapan jam.
"Kalau tidak rasanya kurang enak, mudah basi, atau terasa asam. Daun talas pun akan menyebabkan gatal di lidah jika dikukus sebentar saja," ujarnya.
Untuk satu porsi pendap, ibu dua anak ini menjual dengan harga yang cukup murah yakni hanya Rp10 ribu saja. Seporsi sudah bisa menjadi lauk makanan bagi 3--4 orang.
"Ini cocok dihidangkan saat berbuka atau sahur. Peminat tidak hanya masyarakat lokal, tapi pembelinya juga tamu hotel sebagai oleh-oleh bagi mereka, pendap bisa bertahan selama tiga hari," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018
Jika pepes berbahan ikan yang dirempahi dan dibungkus dengan daun pisang, maka pendap memiliki ciri khas mencolok lain dari bahan dan rempahnya.
"Pepes kan ikannya dirempahi, dibungkus daun pisang lalu dibakar atau dikukus, sedangkan pendap, untuk bahan utama yakni ikan, itu harus difermentasi atau kalau kata orang dibusukkan dulu," kata salah satu penggiat sekaligus penjual pendap di Jalan Tanjung Agung, Kota Bengkulu, Siti Suryani, Selasa.
Selain itu yang membedakan makanan khas Bengkulu ini dengan pepes lainnya lanjut dia, yaitu ikan dan rempah dilumuri parutan kelapa yang masih muda.
Selanjutnya bahan utama ini dibungkus dengan beberapa lapis daun talas, daun ini nantinya ikut dimakan bersama lauk utama yang terbungkus di dalamnya.
"Nah setelah dibungkus daun talas, lalu baru terakhir dibungkus dengan daun pisang, dan si kukus," kata dia.
Berbeda dengan pepes yang hanya butuh waktu 30 menit sampai satu jam dipanggang atau kukus, pendap membutuhkan waktu terbilang sangat cukup lama pengukusannya, mencapai delapan jam.
"Kalau tidak rasanya kurang enak, mudah basi, atau terasa asam. Daun talas pun akan menyebabkan gatal di lidah jika dikukus sebentar saja," ujarnya.
Untuk satu porsi pendap, ibu dua anak ini menjual dengan harga yang cukup murah yakni hanya Rp10 ribu saja. Seporsi sudah bisa menjadi lauk makanan bagi 3--4 orang.
"Ini cocok dihidangkan saat berbuka atau sahur. Peminat tidak hanya masyarakat lokal, tapi pembelinya juga tamu hotel sebagai oleh-oleh bagi mereka, pendap bisa bertahan selama tiga hari," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018