Bengkulu (Antaranews Bengkulu)  Para petani sawit di Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu membiarkan buah sawit segar membusuk di area penumpukan karena komoditas perkebunan tersebut tidak diterima pedagang pengumpul.

Tidak ada yang membeli sawit karena informasinya antrean mobil pengangkut sawit di pabrik masih panjang bisa berhari-hari, kata Salikin, warga Desa Penago Baru Kecamatan Ilir Talo, Kabupaten Seluma, Kamis.

Ia mengatakan pembelian buah terakhir dari pedagang pengumpul berlangsung sepekan lalu dengan harga beli Rp500 per kilogram.  Sementara dalam sepekan terakhir, petani hanya menumpuk buah sawit di kebun dan dibiarkan busuk karena tidak laku. Kondisi membuat para petani sawit mengeluh sebab kehilangan pendapatan. Karena pedagang pengumpul juga sudah kewalahan menjual buah yang terlanjur dibeli dari petani, ucapnya.

Salikin menambahkan tanaman sawit berbeda dengan tanaman karet yang bisa ditahan tidak disadap. Sementara buah sawit harus dipanen sebab buah yang tidak dipanen akan merusak batang tanaman tersebut.
 
Antrian di pabrik sawit. (Foto Antarabengkulu/Helti Marini S)


Karena itu, para petani tetap menurunkan buah sawit dari batangnya tapi hanya ditumpuk di kebun. Kondisi ini membuat mereka merugi hingga Rp1 juta per dua pekan dari hasil panen 1 hektare sawit.

Pedagang pengumpul buah sawit, Sailun mengatakan antrean kendaraan di pabrik pengolah sawit sangat panjang hingga memakan watu berhari-hari.

Kalau ditunggu sampai dua tiga hari maka buah sawit bisa busuk, jadi kami hentikan sementara membeli buah dari petani, ucapnya.

Buah sawit petani yang dibeli Sailun selama ini dijual ke pabrik pengolah minyak mentah sawit di Pino, Kabupaten Bengkulu Selatan.

Saat ini lanjut dia, harga buah sawit di tingkat pabrik hanya diterima Rp900 per kilogram.

Sailun berharap persoalan ini dapat diatasi pemerintah daerah dengan mengambil kebijakan tertentu sehingga tidak mengorbankan petani sawit.

Pewarta: Helti Marini S

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018