Bengkulu (Antaranews Bengkulu) - Petani sawit di Provinsi Bengkulu belum menikmati harga pembelian sawit di tingkat pabrik yang ditetapkan pemerintah seharga Rp1.200 per kilogram, sebab kendaraan pengangkut ke pabrik harus antre panjang.

"Masalahnya bukan harga di tingkat pabrik, tapi antrean panjang truk pengangkut sawit ke pabrik," kata Herwan Saleh, petani sawit Desa Talang Saling, Kabupaten Seluma, Selasa.

Menurut dia, kebijakan pemerintah khususnya Dinas Perkebunan setempat yang menetapkan harga beli sawit di tingkat pabrik bukan solusi tepat untuk mengatasi persoalan di tingkat petani.

Harga pembelian di tingkat pabrik menurut dia tidak bisa mendongrak harga tandan buah sawit segar yang sangat rendah di tingkat petani, hanya Rp400 hingga Rp500 per kilogram.

Persoalannya, kata Herwan, antrean kendaraan pengangkut sawit menuju pabrik sangat panjang sehingga sawit yang dibeli oleh pengepul dari petani membusuk.

Akibatnya pengepul tidak lagi mengambil buah sawit petani karena kalau dibeli juga tidak bisa dijual ke pabrik, ucapnya. Kondisi ini menurut Herwan membuat sebanyak 100 ribu ton buah sawit membusuk setiap pekannya sehingga merugikan para petani dan pengepul.

Seharusnya lanjut dia, pemerintah daerah mencarikan solusi untuk mengatasi antrean panjang truk pengangkut sawit menuju pabrik sehingga kerugian petani dan pengepul dapat ditekan.

Sebelumnya sejumlah petani sawit menemui pimpinan DPRD Kabupaten Seluma mengadukan harga sawit di daerah ini anjlok hingga Rp 450 per kg, akibat pabrik tidak mampu lagi menampung produksi hasil panen sawit petani daerah ini.

Kalau pabrik tidak sanggup lagi menampung buah sawit seharusnya ada penambahan pabrik CPO, kata Jayak, pengepul sawit di Desa Rawa Indah, Seluma. 

Pewarta: Helti Marini S

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018