Bengkulu (Antaranews Bengkulu)  Pemerintah Provinsi Bengkulu membutuhkan investasi yang bergerak pada pengolahan produk turunan minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) guna meningkatkan perekonomian daerah sekaligus menaikkan volume dan harga beli tandan buah sawit segar petani setempat.

"Investasi pengolahan produk turunan minyak sawit sangat kita harapkan sehingga buah sawit petani punya harga beli yang tinggi," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, Ricky Gunarwan di Bengkulu, Jumat.

Ia mengatakan hal itu saat merilis pusat informasi harga tandan buah segar (TBS) sawit guna memastikan harga beli sawit di tingkat pabrik sebesar Rp1.200 per kilogram dengan toleransi lebih rendah 5 persen atau Rp1.140 per kilogram.

Belum lama ini kata Ricky, investor asal India sudah menyatakan rencana mendirikan pabrik pengolahan minyak goreng di Provinsi Bengkulu. Penjajakan tersebut diharapkan berlanjut hingga realisasi investasi pada 2019.

Investasi berupa pengolahan produk turunan minyak sawit menurut dia, akan menjadi salah satu solusi untuk menampung TBS sawit milik petani.

Seperti saat ini, harga CPO di pasar dunia mengalami pelemahan sehingga berimbas pada harga beli sawit di tingkat petani. Meski harga pembelian sawit di tingkat pabri masih tinggi, namun harga sawit di tingkat petani jatuh hingga Rp500 per kilogram.

Secara global kata dia, gejolak harga tersebut disebabkan faktor eksternal dan internal. Dari sisi eksternal, hal ini terjadi karena harga CPO di pasar dunia melemah akibat persaingan CPO dengan sumber energi lainnya seperti kedela, serta kebijakan pembatasan konsumsi biodisel Uni Eropa hingga batas waktu yang tidak bisa ditentukan.

Sementara secara internal, permasalahan tersebut diakibatkan beberapa kendala yang pada umumnya terjadi setiap tahun seperti puncak panen yang terjadi pada Mei hingga Juli sehingga TBS yang dihasilkan petani sangat melimpah.

Sementara para petani di daerah ini mengeluhkan pembatasan pembelian buah sawit petani oleh pabrik pengolah minyak sawit.

"Ada perkebunan yang tidak memiliki pabrik CPO dan mereka memasok buah ke pabrik yang ada," kata Indra Jaya, pedagang pengumpul atau toke sawit di Desa Rawa Indah, Kabupaten Seluma.

Produksi buah dari perusahaan perkebunan tersebut menurut dia justru diprioritaskan oleh perusahaan perkebunan yang memiliki pabrik pengolah CPO. Akibatnya, para petani sawit merugi karena buah sawit mereka tidak tertampung oleh pabrik sehingga membusuk.

Pewarta: Helti Marini S

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018