Bengkulu (Antaranews Bengkulu) - Penduduk Lembak di Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu masih mempertahankan tradisi neron, sebuah budaya minum kopi yang dilakukan beramai-ramai sambil berdiskusi ringan.
"Tradisi ini merupakan warisan leluhur. Melalui neron, warga berkumpul dan berdiskusi tentang berbagai fenomena sosial," kata Koordinator Tradisi Neron Dedi Suryadi di Bengkulu, Minggu.
Dedi menerangkan, kegiatan neron rutin digelar setiap Minggu pagi. Tradisi ini dilakukan pada tepian Danau Dendam Tak Sudah yang berlokasi di Kelurahan Dusun Besar, Kecamatan Singaran Pati, Kota Bengkulu.
"Selain menikmati kelezatan kopi varietas robusta, warga juga dapat menyaksikan keindahan matahari terbit yang muncul dari arah Bukit Barisan," tuturnya.
Kopi yang disuguhkan dalam tradisi neron itu disajikan melalui mangkuk yang terbuat dari tempurung kelapa. Aroma cokelat dan gandum menyeruak saat kopi varietas robusta diseduh air panas.
"Semua orang boleh bergabung dan merasakan atmosfer budaya neron. Tersedia kopi, gula, dan teh gratis yang dapat diminum sambil menikmati pemandangan matahari terbit," ujar Dedi.
Matahari terbit muncul ke permukaan jam 05:46 pagi. Hamparan awan tipis membentuk distorsi warna pada air Danau Dendam Tak Sudah yang tergenang tenang.
Di tengah danau, nelayan lokal mendayung sampan menuju titik jaring yang terbentang untuk menangkap ikan dan udang. Sedangkan pengunjung asik membidik keindahan pagi menggunakan kamera ponsel maupun mirrorless, menangkap momen terbaik budaya neron saat matahari terbit.
Salah seorang street photographer Edy Prayekno menuturkan, tradisi neron yang telah mengakar kuat dapat mempererat ikatan emosional antar warga.
"Ini (neron) adalah tradisi yang sederhana dan unik, namun ternyata menyimpan filosofi mendalam tentang arti penting kebersamaan," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018
"Tradisi ini merupakan warisan leluhur. Melalui neron, warga berkumpul dan berdiskusi tentang berbagai fenomena sosial," kata Koordinator Tradisi Neron Dedi Suryadi di Bengkulu, Minggu.
Dedi menerangkan, kegiatan neron rutin digelar setiap Minggu pagi. Tradisi ini dilakukan pada tepian Danau Dendam Tak Sudah yang berlokasi di Kelurahan Dusun Besar, Kecamatan Singaran Pati, Kota Bengkulu.
"Selain menikmati kelezatan kopi varietas robusta, warga juga dapat menyaksikan keindahan matahari terbit yang muncul dari arah Bukit Barisan," tuturnya.
Kopi yang disuguhkan dalam tradisi neron itu disajikan melalui mangkuk yang terbuat dari tempurung kelapa. Aroma cokelat dan gandum menyeruak saat kopi varietas robusta diseduh air panas.
"Semua orang boleh bergabung dan merasakan atmosfer budaya neron. Tersedia kopi, gula, dan teh gratis yang dapat diminum sambil menikmati pemandangan matahari terbit," ujar Dedi.
Matahari terbit muncul ke permukaan jam 05:46 pagi. Hamparan awan tipis membentuk distorsi warna pada air Danau Dendam Tak Sudah yang tergenang tenang.
Di tengah danau, nelayan lokal mendayung sampan menuju titik jaring yang terbentang untuk menangkap ikan dan udang. Sedangkan pengunjung asik membidik keindahan pagi menggunakan kamera ponsel maupun mirrorless, menangkap momen terbaik budaya neron saat matahari terbit.
Salah seorang street photographer Edy Prayekno menuturkan, tradisi neron yang telah mengakar kuat dapat mempererat ikatan emosional antar warga.
"Ini (neron) adalah tradisi yang sederhana dan unik, namun ternyata menyimpan filosofi mendalam tentang arti penting kebersamaan," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018