Mukomuko (Antaranews Bengkulu) – Setiap desa di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, yang mendapatkan bantuan dana desa dan alokasi dana desa yang bersumber dari APBN dan APBD mempunyai cara yang berbeda-beda dalam memanfaatkan dana tersebut untuk membangun desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tetapi dari sebanyak ratusan desa yang ada di daerah ini, desa yang berada di kabupaten sejauh 270 kilometer sebelah utara Kota Bengkulu ini lebih banyak memanfaatkan sebagian besar dana tersebut untuk pembangunan fisik seperti jalan usaha tani, jalan lingkungan desa, drainse.

Mayoritas desa di daerah ini menggunakan bantuan dana untuk desa tersebut untuk membangun insfrastruktur untuk mempermudah mereka dalam melaksanakan aktivitas pekerjaannya.

Seperti Desa Air Kasai, Kecamatan Air Dikit, Kabupaten Mukomuko memanfaatkan bantuan dana untuk desa  tahun 2016 untuk membangun jalan usaha tani (JUT) karena jalan tersebut sangat dibutuhkan oleh petani untuk mengeluarkan hasil panen sawit dari kebun keluar desa ini.

“Sejak ada jalan ini, warga menjadi mudah mengeluarkan hasil panen sawit keluar dari kebunnya. Kalau selama ini mereka kesulitan mengeluarkan buah sawit karena tidak ada jalan di lokasi tersebut,” kata Kepala Desa Air Kasai Abdul Muis.

Ia mengatakan, desanya tahun 2016 memperoleh dana desa dan alokasi dana desa sebesar Rp721.744.000, dana desa sebesarRp110 juta di antaranya digunakan untuk membangun jalan usaha tani.

Ia mengatakan, dengan dana sebesar itu, desa bisa membangun badan jalan dan pengoralan jalan tersebut sehingga mudah dilewati kendaraan yang membawa buah sawit keluar dari kebun sawit.

“Sejak ada jalan itu biaya operasional mengangkut buah sawit dari kebun keluar lebih murah dari sebesar Rp200 per kilogram menjadi Rp100 per kg. Berapa besar keuntungan yang diperoleh oleh petani,” ujarnya.

 
Pemanfaatan dana desa di Mukomuko. (Foto Antarabengkulu.com)



Bebas Dari Banjir

Selain itu, desa setempat juga memanfaatkan sebagian dana tersebut untuk membangun drainase atau saluran pembuangan air di lokasi perkantoran desa dan pemukiman penduduk di wilayah ini.

Desa membangun drainase untuk mengantisipasi banjir musiman yang rutin mengenangi kantor desa dan pemukiman penduduk saat musim hujan yang melanda wilayah ini.

“Sekarang ini tidak ada lagi kantor desa dan pemukiman yang terendam banjir sejak ada drainse tersebut, karena air hujan yang selama ini mengenangi pemukiman penduduk mengalir lancar ” ujarnya.

Selain itu, desa ini juga memanfaatkan dana desa tahun 2016 untuk membuat tenda, pembuatan lampu jalan di depan rumah warga setempat, perbaikan gedung posyandu  dan peningkatan gedung serba guna.

“Dana desa tahun 2016 kecil tetapi manfaatkan sangat besar untuk masyarakat setempat,” ujarnya pula.

Kemudian desa ini pada tahun 2017 mendapatkan bantuan dana desa sebesar Rp1.111.408.00 dari pemerintah. Dana desa sebesar itu untuk membangun sumur bor, perpustakaan desa, lanjutan pembangunan sarana dan fisik kantor desa, pengoralan jalan desa dan melanjutkan pembangunan drainase.

Ia mengatakan, desanya tahun 2017 kembali memanfaatkan dana desa untuk melanjutkan pembangunan drainase untuk mencegah banjir di pemukiman penduduk di wilayah ini.

“Kita membangun lagi drainase pada tahun 2017 untuk menyambung drainase tahun 2016 dan semua ini bertujuan untuk mengantisipasi banjir musiman di wilayah ini,” ujarnya pula.

Selanjutnya desa ini pada tahun 2018 mendapatkan bantuan dana desa sebesar Rp1,022,080,140 dari pemerintah untuk membangun jalan dengan spesifikasi rabat beton, pembangunan pagar perkantoran paping blok depan perpustakaan, pembangunan lapangan futsal dan gapura.

Desa ini membangun lapangan futsal agar ada pendapatan asli desa (PAD) yang bersumber dari sewa lapangan ini. Dan masyarakat di wilayah ini sangat menyukai olahraga ini.

Ia menyatakan, sumber pendapatan asli desa setempat dari koari atau tambang batu sebesar Rp50 juta per tahun. Selain itu pendapatan dari penjualan cangkang sawit perusahaan tetapi desa belum memperoleh pendapatan dari penjualan cangkang sawit pada tahun ini.

Desa ini tahun 2016 memperoleh PAD dari penjualan cangkang sawit sebesar Rp10 juta per tahun, kemudian pendapatan dari cangkang sawit meningkat pada tahun 2017 sebesar Rp20 juta.

Setelah itu, katanya, sampai sekarang desa ini belum memperoleh pendapatan dari penjualan cangkang sawit yang dihasilkan oleh PT AMK pabrik kelapa sawit di wilayah ini.

“Kami tidak tahu mengapa tidak ada lagi pendapatan dari cangkang sawit dari PT AMK di wilayah ini,” ujarnya pula.

Ia mengatakan, desa ini sebelumnya sudah pernah melakukan berbagai uji coba usaha pemanfaatan lahan pekarangan dengan berbagai tanaman sayuran dan budi daya ikan lele, namun belum berjalan.

Ia menyatakan, pihaknya ingin menerapkan beberapa usaha untuk meningkatkan ekonomi masyarakat setempat seperti usaha pemanfaatan lahan pekarangan dengan tanaman sayuran tetapi setelah itu tidak berjalan.

Pemerintah desa setempat setiap tahun rutin memberikan modal usaha kepada BUMDes, tetapi badan ini belum memiliki program kerja dan usaha yang ingin mereka laksanakan.

Sehingga dana desa yang diberikan untuk modal usaha di BUMDes tidak terserap sepenuhnya. Kini dana desa untuk BUMDesa ini menjadi  sisa lebih pembiayaan anggaran atau Silpa. 

Ia menyatakan, pihaknya sekarang ini sedang merancang usaha yang sesuai di BUMDes setempat.

Pewarta: Ferri Arianto

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018