Bandung, (ANTARA Bengkulu) - Mahasiswa Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB), Bintang Rahmat Wananda, meraih medali perak dalam ajang International Geography Olympiad (IGEO) ke-9 yang berlangsung pada 21-27 Agustus 2012 di Koln, Jerman.
        
Dosen pembimbing tim Indonesia untuk IGEO ke-9, Sdamsul Bachri, dalam konferensi pers di Gedung Rektorat ITB, Bandung, Senin, mengatakan Indonesia juga meraih gelar "The Best Presentation" untuk studi kasus "Karst Hydrology in Relation with Drought Problem in Gunung Kidul, Yogyakarta" pada olimpiade dua tahunan yang baru pertama kali diikuti oleh Indonesia itu.
        
"Secara perolehan, medali perak yang diraih oleh Indonesia memposisikan Indonesia sejajar dengan Selandia Baru, Belanda, Inggris, Rusia, China, dan Taiwan, yang masing-masing juga mendapat medali perak," tutur pengajar pada program studi Geodesi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB itu.
        
Samsul mengatakan panitia penyelenggara IGEO di Jerman juga menyampaikan keterkejutan mereka bahwa Indonesia sebagai tim yang baru pertama kali mengikuti perlombaan internasional bagi siswa berusia 16-19 tahun itu mampu memosisikan diri sejajar dengan negara-negara yang telah lama mengikuti kompetisi tersebut.
        
Indonesia mengirim empat siswa yang sebelumnya telah mengikuti penjaringan olimpiade nasional, yaitu Bintang Rahmat Wananda, Adnan Jati Satria dari SMAT Krida Nusantara, Mohammad Anja Istala dari program studi Geologi Universitas Gadjah Mada, serta Mohammad Ridwan dari SMA Boarding School Sragen.
        
Keempat siswa tersebut mengikuti serangkaian tes dalam Bahasa Inggris yang penilaiannya dilakukan secara individual, yaitu tes tertulis dengan bobot 40 persen, tes multimedia dengan bobot 20 persen, dan tes praktek dengan bobot 40 persen.
        
"Kalau olimpiade sains seperti matematika, fisika, dan lain-lainnya soal-soalnya diterjemahkan ke bahasa masing-masing peserta dan memperbolehkan peserta menjawab dalam bahasa masing-masing, soal-soal olimpiade geografi disampaikan dalam Bahasa Inggris dan peserta wajib menjawab dalam Bahasa Inggris sehingga penguasaan Bahasa Inggris para siswa juga menentukan keberhasilan," tutur Samsul.
        
Untuk mendaftarkan tim Indonesia ke IGEO ke-9, lanjut Samsul, awalnya menemui hambatan karena panitia penyelenggara meminta agar peserta berasal dari seleksi olimpiade tingkat nasional padahal kompetisi seperti itu belum pernah ada di Indonesia.
        
Untuk itu, ia mengumpulkan kembali para juara olimpiade geosains dan geografi nasional di ITB serta juara olimpiade geografi yang diselenggarakan Universitas Indonesia, UGM, Universitas Pendidikan Indonesia, serta sekolah rintisan standar internasional.
        
"Kami menseleksi empat orang dengan skor tertinggi yang mewakili Indonesia di ajang kompetisi internasional tersebut," ujarnya.
        
Sebelum keberangkatan ke Jerman, para peserta mendapatkan pembinaan selama satu bulan untuk mengasah kemampuan kognitif dan mental di bawah bimbingan Samsul. Pemberangkatan tim, menurut dia, dilakukan secara swadaya dengan mengumpulkan dana dari beberapa sponsor.
        
Ia berharap pengiriman tim olimpiade geografi dari Indonesia dapat dilakukan secara rutin dengan anggaran yang berasal dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Olimpiade selanjutnya akan diselenggarakan di Kyoto, Jepang, pada 30 Juli hingga 5 Agustus 2013.
        
Sementara itu, Bintang yang meraih medali perak pada olimpiade geografi ke-9 mengatakan soal-soal olimpiade di Jerman itu relatif lebih sulit dibanding olimpiade sebelumnya.
        
"Tapi itu wajar mengingat setiap soal olimpiade harus mengalami peningkatan dibanding olimpiade sebelumnya," ujarnya. (ant)

Pewarta:

Editor : Triono Subagyo


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012