Mukomuko, kabupaten kecil di Provinsi Bengkulu, mencuri perhatian setelah kunjungan tiga investor asal Jepang yang tertarik membangun pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm) pada Oktober 2024.
Inisiatif tersebut menawarkan terobosan dalam pengelolaan limbah kelapa sawit sekaligus mendorong transisi energi hijau yang ramah lingkungan. Kunjungan ini bukan hanya tentang survei lokasi, melainkan juga menggali potensi biomassa yang selama ini belum dimanfaatkan optimal.
PLTBm merupakan pembangkit listrik yang menggunakan biomassa, yaitu material organik dari limbah makhluk hidup. Bahan organik itu dapat diolah menjadi bahan baku untuk menghasilkan listrik.
Baca juga: Mukomuko perlu bangun kawasan ternak dan UPPO Biogas
Di Mukomuko, limbah sawit seperti cangkang, tandan kosong (jangkos), serat buah, hingga minyak kelapa sawit mentah menjadi fokus utama dalam pengembangan ini.
Proyek PLTBm adalah bagian dari visi Kabupaten Mukomuko untuk menciptakan solusi energi yang tidak hanya berkelanjutan, tetapi juga berdampak positif bagi lingkungan.
“Limbah sawit selama ini menjadi masalah besar di Mukomuko, mulai dari pencemaran hingga pengelolaannya yang tidak efisien. Dengan PLTBm, kami tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga menciptakan energi bersih yang bermanfaat bagi masyarakat,” kata Bupati Mukomuko periode 2021--2024, Sapuan.
Inisiatif tersebut menawarkan terobosan dalam pengelolaan limbah kelapa sawit sekaligus mendorong transisi energi hijau yang ramah lingkungan. Kunjungan ini bukan hanya tentang survei lokasi, melainkan juga menggali potensi biomassa yang selama ini belum dimanfaatkan optimal.
PLTBm merupakan pembangkit listrik yang menggunakan biomassa, yaitu material organik dari limbah makhluk hidup. Bahan organik itu dapat diolah menjadi bahan baku untuk menghasilkan listrik.
Baca juga: Mukomuko perlu bangun kawasan ternak dan UPPO Biogas
Di Mukomuko, limbah sawit seperti cangkang, tandan kosong (jangkos), serat buah, hingga minyak kelapa sawit mentah menjadi fokus utama dalam pengembangan ini.
Proyek PLTBm adalah bagian dari visi Kabupaten Mukomuko untuk menciptakan solusi energi yang tidak hanya berkelanjutan, tetapi juga berdampak positif bagi lingkungan.
“Limbah sawit selama ini menjadi masalah besar di Mukomuko, mulai dari pencemaran hingga pengelolaannya yang tidak efisien. Dengan PLTBm, kami tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga menciptakan energi bersih yang bermanfaat bagi masyarakat,” kata Bupati Mukomuko periode 2021--2024, Sapuan.
Jenis limbah sawit
Limbah kelapa sawit terdiri atas berbagai jenis, mulai dari limbah padat hingga cair, di antaranya cangkang, tandan kosong sawit (jangkos) dan limbah cair (palm oil mill effluent/ POME).
Cangkang sawit merupakan limbah padat berupa tempurung yang sangat efektif sebagai bahan bakar biomassa. Kemudian jangkos ialah material padat sisa tandan sawit setelah buahnya diambil. Tandan sisa ini dapat difermentasi untuk menghasilkan biogas. Selanjutnya, limbah sawit POME merupakan air sisa dari proses pengolahan kelapa sawit yang mengandung bahan organik.
Jenis limbah padat dan cair tersebut sudah diperas habis sehingga tidak lagi memiliki kandungan crude palm oil (CPO/minyak sawit mentah).
Baca juga: Mewaspadai ancaman bencana hidrometeorologi di Bengkulu saat penghujan
Menurut data Dinas Lingkungan Hidup Mukomuko, dari setiap satu ton tandan buah segar (TBS), sekitar 22 persen akan menjadi tandan kosong, 5--6 persen menjadi cangkang, dan sisanya diolah menjadi CPO. Limbah-limbah tersebut selama ini tidak dimanfaatkan maksimal, padahal memiliki nilai ekonomi tinggi jika diolah dengan teknologi tepat.
Juni Kurniadiana, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Mukomuko, mengatakan segala yang dipanen dari pohon sawit akan sangat baik jika seluruhnya diolah menuju zero waste atau nirlimbah.
Dengan teknologi PLTBm, limbah seperti cangkang dan jangkos yang biasanya dibuang atau dibakar, bisa diubah menjadi energi listrik. Ini adalah solusi yang sangat potensial untuk Kabupaten Mukomuko.
Limbah kelapa sawit terdiri atas berbagai jenis, mulai dari limbah padat hingga cair, di antaranya cangkang, tandan kosong sawit (jangkos) dan limbah cair (palm oil mill effluent/ POME).
Cangkang sawit merupakan limbah padat berupa tempurung yang sangat efektif sebagai bahan bakar biomassa. Kemudian jangkos ialah material padat sisa tandan sawit setelah buahnya diambil. Tandan sisa ini dapat difermentasi untuk menghasilkan biogas. Selanjutnya, limbah sawit POME merupakan air sisa dari proses pengolahan kelapa sawit yang mengandung bahan organik.
Jenis limbah padat dan cair tersebut sudah diperas habis sehingga tidak lagi memiliki kandungan crude palm oil (CPO/minyak sawit mentah).
Baca juga: Mewaspadai ancaman bencana hidrometeorologi di Bengkulu saat penghujan
Menurut data Dinas Lingkungan Hidup Mukomuko, dari setiap satu ton tandan buah segar (TBS), sekitar 22 persen akan menjadi tandan kosong, 5--6 persen menjadi cangkang, dan sisanya diolah menjadi CPO. Limbah-limbah tersebut selama ini tidak dimanfaatkan maksimal, padahal memiliki nilai ekonomi tinggi jika diolah dengan teknologi tepat.
Juni Kurniadiana, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Mukomuko, mengatakan segala yang dipanen dari pohon sawit akan sangat baik jika seluruhnya diolah menuju zero waste atau nirlimbah.
Dengan teknologi PLTBm, limbah seperti cangkang dan jangkos yang biasanya dibuang atau dibakar, bisa diubah menjadi energi listrik. Ini adalah solusi yang sangat potensial untuk Kabupaten Mukomuko.