Ada yang unik dalam aksi unjuk rasa warga, nelayan, petani korban penggusuran proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara Teluk Sepang beserta aktivis lingkungan dan mahasiswa di depan Kantor Gubenur, Selasa pagi. 

Seorang anak petani, Intan Permata Sari (16) ikut serta menyuarakan aspirasinya yang menjadi korban penggusuran proyek PLTU batu bara Teluk Sepang.

Dalam orasinya, perempuan belia ini mengungkapkan jeritan hatinya yang meminta untuk menutup PLTU di Bumi Raflesia, melawan energi kotor dan meminta tuntutan masyarakat dipenuhi terutama korban penggusuran. 

Intan mengatakan pilu yang dirasakan Ibunya dan warga lainnya yang menjadi korban penggusuran dan telah menuntut ganti rugi selama 2 tahun terakhir.

"Kebun kami yang di pasir putih itu merupakan hasil pendapatan Ibu karena Ia satunya-satunya tulang punggung keluarga kami setelah ayah meninggal dunia. Kami 5 bersaudara dan sekarang ekonomi kami jauh merosot setelah penggusuran itu," ungkapnya.

"Harapan saya pemerintah memberikan ganti rugi yang sepadan dan segera menutup PLTU batubara tersebut karena dampaknya sangat buruk terhadap masyarakat dan lingkungan dan pikirkan bagaimana nasib kami kedepan," tambahnya. 

Intan ikut aksi bukan karena bolos sekolah tapi sekarang berhubung Ia memang libur karena kelas 3 sedang ujian.

Pewarta: Puji Sukma

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019