Bengkulu, (ANTARA Bengkulu) - Transaksi perdagangan cabai di berbagai pusat perbelanjaan di Kota Bengkulu, baik pada pasar moderen maupun pasar tradisional kembali normal, setelah sebelumnya sempat terjadi sepi pembeli.
"Pagi ini serbuan masyarakat membeli berbagai jenis cabai mulai banyak, setelah sebelumnya diterpa isu cabai mengandung zat pengawet," kata seorang pedagang cabai di pasar tradisonal Pagar Dewa ny Desi.
Ia mengatakan, sebelumnya saat isu merebak bahwa cabai dijual di Kota Bengkulu menggunakan bahan pengawet, pihaknya mengalami kerugian akibat dagangannya tidak laku.
Namun setelah pemerintah melalui Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) serta dinas terkait yaitu Dispridag bersama dinas kesehatan setempat mengumumkan bahwa cabai dijual di Bengkulu bebas dari bahan pengawet, Sabtu (15/9), masyarakat menerima dan kembali membeli cabai.
"Saya pagi ini sudah menghabiskan sekitar 30 kilogram cabai, sedangkan sebelumnya untuk sepuluh kilogram saja sulit menghabiskannya," ujarnya.
Pasokan cabai di Bengkulu terbesar hingga saat ini masih dari Pulau Jawa, setelah itu didatangkan dari sentra produksi lokal yaitu Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang.
Harga cabai untuk jenis merah keriting dijual Rp18.000, cabai merah besar Rp17.000 per kilogram naik dari sebelumnya rata-rata Rp2.000 per kilogram.
Sedangkan harga cabai rawit terjadi naik dari Rp22.000 menjadi Rp26.000 per kilogram karena pasokannya berkurang, ujarnya.
Kabid Perdagang Dinas Perindustrian Perdagangan Kota Bengkulu Rahman mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir membeli cabai dijual pedagang di daerah itu karena tidak mengandung bahan pengawet.
Dari 15 sapel yang dimbil pekan lalu ternyata hasilnya nihil dari bahan pengawet, sehingga isu selama ini dapat terjawabkan, ujarnya.
Kepala BPOM Bengkulu Zulkifli membenarkan, berdasarkan hasil tes laboratorium milik instansi itu sampel cabai segar dan cabai giling dijual pedagang di Kota Bengkulu tidak mengandung bahan pengawet.
Dengan demikian cabai di jual pedagang bebas dari berbagai jenis bahan pengawet, namun bahan makanan industri masih terus dilakukan pencegahan beredarnya, terutama yang dijual secara ilegal, ujarnya. (z005)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012
"Pagi ini serbuan masyarakat membeli berbagai jenis cabai mulai banyak, setelah sebelumnya diterpa isu cabai mengandung zat pengawet," kata seorang pedagang cabai di pasar tradisonal Pagar Dewa ny Desi.
Ia mengatakan, sebelumnya saat isu merebak bahwa cabai dijual di Kota Bengkulu menggunakan bahan pengawet, pihaknya mengalami kerugian akibat dagangannya tidak laku.
Namun setelah pemerintah melalui Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) serta dinas terkait yaitu Dispridag bersama dinas kesehatan setempat mengumumkan bahwa cabai dijual di Bengkulu bebas dari bahan pengawet, Sabtu (15/9), masyarakat menerima dan kembali membeli cabai.
"Saya pagi ini sudah menghabiskan sekitar 30 kilogram cabai, sedangkan sebelumnya untuk sepuluh kilogram saja sulit menghabiskannya," ujarnya.
Pasokan cabai di Bengkulu terbesar hingga saat ini masih dari Pulau Jawa, setelah itu didatangkan dari sentra produksi lokal yaitu Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang.
Harga cabai untuk jenis merah keriting dijual Rp18.000, cabai merah besar Rp17.000 per kilogram naik dari sebelumnya rata-rata Rp2.000 per kilogram.
Sedangkan harga cabai rawit terjadi naik dari Rp22.000 menjadi Rp26.000 per kilogram karena pasokannya berkurang, ujarnya.
Kabid Perdagang Dinas Perindustrian Perdagangan Kota Bengkulu Rahman mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir membeli cabai dijual pedagang di daerah itu karena tidak mengandung bahan pengawet.
Dari 15 sapel yang dimbil pekan lalu ternyata hasilnya nihil dari bahan pengawet, sehingga isu selama ini dapat terjawabkan, ujarnya.
Kepala BPOM Bengkulu Zulkifli membenarkan, berdasarkan hasil tes laboratorium milik instansi itu sampel cabai segar dan cabai giling dijual pedagang di Kota Bengkulu tidak mengandung bahan pengawet.
Dengan demikian cabai di jual pedagang bebas dari berbagai jenis bahan pengawet, namun bahan makanan industri masih terus dilakukan pencegahan beredarnya, terutama yang dijual secara ilegal, ujarnya. (z005)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012