Musibah banjir dan tanah longsor yang melanda Kabupaten Rejang Lebong dan beberapa daerah lainnya di Bengkulu, beberapa hari lalu diduga akibat maraknya kasus perambahan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) di wilayah itu.
Plt Kepala Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III TNKS Bengkulu-Sumsel, yang juga kepala TNKS wilayah VI Resor Rejang Lebong, M Zainudin saat ditemui di Rejang Lebong, Senin, mengatakan maraknya aksi perambahan kawasan TNKS dalam beberapa tahun belakangan turut memengaruhi besarnya banjir yang melanda daerah itu.
"Penyebab banjir ini ada beberapa faktor, namun yang jelas hulu sungainya yang berada di TNKS sangat berpengaruh terhadap banjir yang dialami oleh beberapa daerah yang berada dihilir sungai," ujarnya.
Baca juga: Sejumlah desa terdampak banjir dan longsor di Bengkulu masih terisolir
Maraknya kasus perambahan kawasan TNKS baik dalam wilayah Kabupaten Rejang Lebong maupun Kabupaten Lebong dalam setahun belakangan kata dia, sudah sangat mengkhawatirkan, karena lahan yang dirambah cukup luas dan membahayakan daerah resapan air.
"Kami sudah membuat surat kepada Pemkab Rejang Lebong maupun Pemkab Lebong melalui camat yang wilayahnya berada di dekat TNKS dengan tembusan ke bupati kedua daerah, agar mewaspadai ancaman banjir karena hulu sungainya berada di kawasan TNKS yang sudah dirambah," jelasnya.
Peringatan yang dibuat TNKS ini terbukti dengan banjir yang melanda Kota Muara Aman dan beberapa kecamatan lainnya di Lebong, dan hal yang sama juga terjadi di beberapa kecamatan di Rejang Lebong kemudian airnya mengalir ke Sungai Musi hingga kebagian hilir di Kabupaten Kepahiang.
Baca juga: Korban meninggal akibat banjir di Bengkulu jadi 29 orang
Sementara itu, untuk mengurangi aksi penjarahan kayu dan perambahan kawasan TNKS pihaknya secara rutin melakukan patroli, kendati personel yang mereka miliki sangat terbatas, di mana dari 26.000 hektare luasan TNKS di Kabupaten Rejang Lebong setidaknya 10 persen kondisinya saat ini mengalami kerusakan.
"Saat kami turun ke lapangan petugas di beberapa lokasi mendapati kayu hasil penebangan di kawasan TNKS termasuk juga mesin chainsaw terutama di Kecamatan Bermani Ulu Raya, selain itu petugas menemukan beberapa titik perambahan untuk lahan pertanian," jelasnya.
Dia mengimbau kalangan masyarakat Kabupaten Rejang Lebong dan Lebong yang masuk dalam pengawasan mereka, untuk tidak menebangi hutan dan melakukan perambahan kawasan TNKS karena nantinya akan merusak keseimbangan alam serta menimbulkan bencana alam.
Baca juga: Data BPBD, 8.000 kepala keluarga jadi korban banjir Kota Bengkulu
Baca juga: Pemkab Rejang Lebong janjikan bantuan untuk petani korban banjir
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019
Plt Kepala Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III TNKS Bengkulu-Sumsel, yang juga kepala TNKS wilayah VI Resor Rejang Lebong, M Zainudin saat ditemui di Rejang Lebong, Senin, mengatakan maraknya aksi perambahan kawasan TNKS dalam beberapa tahun belakangan turut memengaruhi besarnya banjir yang melanda daerah itu.
"Penyebab banjir ini ada beberapa faktor, namun yang jelas hulu sungainya yang berada di TNKS sangat berpengaruh terhadap banjir yang dialami oleh beberapa daerah yang berada dihilir sungai," ujarnya.
Baca juga: Sejumlah desa terdampak banjir dan longsor di Bengkulu masih terisolir
Maraknya kasus perambahan kawasan TNKS baik dalam wilayah Kabupaten Rejang Lebong maupun Kabupaten Lebong dalam setahun belakangan kata dia, sudah sangat mengkhawatirkan, karena lahan yang dirambah cukup luas dan membahayakan daerah resapan air.
"Kami sudah membuat surat kepada Pemkab Rejang Lebong maupun Pemkab Lebong melalui camat yang wilayahnya berada di dekat TNKS dengan tembusan ke bupati kedua daerah, agar mewaspadai ancaman banjir karena hulu sungainya berada di kawasan TNKS yang sudah dirambah," jelasnya.
Peringatan yang dibuat TNKS ini terbukti dengan banjir yang melanda Kota Muara Aman dan beberapa kecamatan lainnya di Lebong, dan hal yang sama juga terjadi di beberapa kecamatan di Rejang Lebong kemudian airnya mengalir ke Sungai Musi hingga kebagian hilir di Kabupaten Kepahiang.
Baca juga: Korban meninggal akibat banjir di Bengkulu jadi 29 orang
Sementara itu, untuk mengurangi aksi penjarahan kayu dan perambahan kawasan TNKS pihaknya secara rutin melakukan patroli, kendati personel yang mereka miliki sangat terbatas, di mana dari 26.000 hektare luasan TNKS di Kabupaten Rejang Lebong setidaknya 10 persen kondisinya saat ini mengalami kerusakan.
"Saat kami turun ke lapangan petugas di beberapa lokasi mendapati kayu hasil penebangan di kawasan TNKS termasuk juga mesin chainsaw terutama di Kecamatan Bermani Ulu Raya, selain itu petugas menemukan beberapa titik perambahan untuk lahan pertanian," jelasnya.
Dia mengimbau kalangan masyarakat Kabupaten Rejang Lebong dan Lebong yang masuk dalam pengawasan mereka, untuk tidak menebangi hutan dan melakukan perambahan kawasan TNKS karena nantinya akan merusak keseimbangan alam serta menimbulkan bencana alam.
Baca juga: Data BPBD, 8.000 kepala keluarga jadi korban banjir Kota Bengkulu
Baca juga: Pemkab Rejang Lebong janjikan bantuan untuk petani korban banjir
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019