Rahuda (50) dan anaknya Yosi Trianti (18) terlihat menyambut kami di teras rumah kayu milik mereka di Desa Rajak Besi Kecamatan Merigi Sakti, Bengkulu Tengah.

Keduanya adalah korban selamat dari bencana alam banjir dan tanah longsor di Kaki Gunung Bungkuk. 

"Saat mendengar ada suara orang, saya langsung mendatangi sumber suara tersebut untuk meminta pertolongan," kata Rahuda dengan mata berbinar saat ditemui di rumahnya, Sabtu. 

Saat kejadian, dirinya bersama anaknya sedang berada di pondok kebun yang berada di bawah kaki Gunung Bungkuk. 

Baca juga: Akademisi ingatkan banjir di Bengkulu bisa lebih parah

Dia bersyukur sebab pondok yang menjadi tempat tinggalnya tidak tertimpa longsor. 

Namun, ia tidak berani keluar dari pondok karena di sekitar pondok telah terendam lumpur longsor yang menutupi jalan menuju ke desa. 

Rahuda pun memilih bertahan di pondok bersama anaknya sambil menunggu menantunya menjemput. 

"Saat kejadian, saya berfikir bahwa saya dan anak saya akan mati disini," ujarnya sambil memeluk anak bungsunya tersebut. 

Baca juga: Revisi data, BPBD Bengkulu sebut jumlah korban jiwa akibat banjir jadi 24 orang

Ia mengungkapkan bahwa selama dirinya dan anaknya berada di kebun, ia hanya memakan makanan yang tersisa di pondok.  Empat hari mereka bertahan dengan makanan seadanya.

Biasanya, bahan makanan akan diantarkan oleh anaknya yang bernama Ati (27) dan suaminya Abadi (29) ke pondok setiap minga.

Namun untuk kebutuhan air bersih ia dan anaknya kekurangan air bersih untuk diminum karena air sudah tercampur lumpur dan tidak bisa dikonsumsi.

Baca juga: Wagub Sumbar serahkan 1,03 ton rendang untuk korban banjir di Bengkulu

Ia dan anaknya terkurung di pondok selama empat hari empat malam dan akhirnya selamat setelah bertemu Tim Badan SAR Nasional (Basarnas) yang datang menyelamatkan mereka,

Saat bertemu dengan tim Basarnas Ruhada tak bisa lagi berjalan sehingga petugas pencari dan penyelamat pun menggendong mereka hingga ke desa.

Tim Basarnas secara bergantian menggendong korban hingga ke desa selama empat jam dengan keadaan jalan yang sulit untuk dilewati. 

"Saat tim menggendong, anak saya sempat jatuh dan kaki nya membengkak. Namun saya sangat berterima kasih kepada mereka karena telah menolong saya," ceritanya. 

Ia berharap agar pemerintah dapat menyembuhkan penyakit anaknya yang sejak umur enam tahun tidak dapat melihat. 

Untuk diketahui kedua korban tersebut tidak terdata oleh BPBD Kabupaten Bengkulu Tengah maupun provinsi sebab keluarga terfokus untuk menjemput korban.

Baca juga: Kelistrikan Bengkulu pulih 100 persen pascabanjir dan longsor
Baca juga: GMKI buka kelas belajar bagi pengungsi banjir di Bengkulu

Pewarta: Anggi Mayasari

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019