Warga Kampung Yoka bersama pemuda kampung setempat yang merupakan alumni dari SD Yoka Baru berupaya menyelamatkan SD tersebut yang terancam ditutup karena mutu pendidikannya rendah serta sarat masalah.

Ketua Peduli Pendidikan di Kampung Yoka yang juga Alumni SD Yoka Baru, Baltazar Kreuta di Jayapura, Sabtu, menjelaskan hingga kini pihaknya berupaya mengajak warga kampung untuk bersama-sama mendukung keberhasilan kampung Yoka dengan menyelamatkan sekolah dasar di kampungnya.

"Kami sudah memulai upaya dengan beberapa hal yang pertama SD ini belum punya komite, jadi Mei lalu kami sudah dorong dan sudah punya komite," katanya.

Kemudian, membuat pernyataan sikap dari masyarakat adat untuk tetap mempertahankan sekolah dasar ini tapi juga dalam mempertahankan mutu pendidikan dasar di Kampung Yoka.

Mengapa demikian, karena sebagian besar mutu pendidikan murid SD Yoka memilih ke luar dan bersekolah di SD lain di luar Kampung Yoka.

"Hanya beberapa murid saja yang bersekolah di situ, sehingga proses belajar mengajarnya tidak berjalan dengan baik," katanya.

Selanjutnya, SD Yoka masuk dalam salah SD yang terancam ditutup. SD di Kampung Nafri pada 2018 lalu sudah ditutup, untuk itu selaku alumni dari SD itu harus berjuang bersama warga agar sekolah dasar harus kembali aktif.

Kemudian, lulusan SD Yoka banyak yang belum bisa membaca, sehingga selaku alumni tidak bisa diam diri untuk membiarkan persoalan ini terjadi.

"Kami berupaya untuk melakukan kajian-kajian dan rupanya yang kami temui adalah SD ini tidak punya guru yang sudah diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN)," katanya.

Guru yang statusnya sudah ASN hanya lima orang, dari lima orang itu, hanya tiga orang guru saja yang aktif yaitu kepala sekolah, salah satu guru yang menjabat bendahara sekolah, dan satu guru pindahan yang baru, sementara dua lainnya tidak aktif.

"Guru yang selalu rajin mengajar hanya guru-guru honorer, bahkan ada satu guru honorer yang memegang dua kelas, sebenarnya dalam aturan ini tidak boleh," katanya.

Dari berbagai persoalan dan temuan itu, kata dia, maka pihaknya merasa bahwa sekolah dasar ini harus diselamatkan dengan cara menggelar pertemuan untuk membangun kepedulian masyarakat kampung dan Pemerintah Kota untuk membahas mutu pendidikan SD ini dan tetap ada, tidak usah ditutup.

Pertemuan itu, menurut dia, sudah dilakukan pada Jumat, 28 Juni di Kampung Yoka.

"SD ini kami rasa tidak usah ditutup karena ini peninggalan orang tua kami sehingga harus tetap ada, tidak boleh ditutup karena mutu pendidikannya rendah," tambah dia.

Dia menambahkan, pertemuan bersama warga, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda, kepala kampung, ondoafi dan tetua adat sudah dilakukan pada Jumat (28/6) siang hingga sore guna membahas kondisi SD Yoka Baru.

Pertemuan itu berlangsung di Kantor Kampung Yoka. Momentum itu dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdik) Kota Jayapura, Fachrudin Pasolo dan Kasubid Paud dan TK Disdik Kota Jayapura.

"Baru kali ini ada inisiatif dari masyarakat kampung dari tetua adat, ondofolo, kepala suku, kepala kampung, tokoh pemuda, tokoh perempuan dan juga para alumni SD Yoka baru, mereka bersepakat terhadap keberlangsungan SD Yoka Baru dan juga SMP Yoka," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura Fachrudin Pasolo ketika dikonfirmasi dari Jayapura.

Ia menambahkan, mereka berkeinginan mengingatkan kembali bahwa sejak dahulu Yoka, orang tua mereka mewariskan lahan untuk membangun sekolah dengan harapan bahwa anak-anak di kampung itu akan menjadi anak-anak yang cerdas dan bisa berguna untuk keluarganya dan juga untuk bangsa dan negara maka harus bersekolah.
 

Pewarta: Musa Abubar

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019