Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Bengkulu mencatat kurun waktu Agustus hingga pertengahan September 2019 terdapat 117 titik panas yang tersebar di berbagai daerah di Provinsi Bengkulu. Data ini diperoleh dari pantauan berbagai satelit oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau Lapan.
Kepala DLHK Provinsi Bengkulu Sorjum Ahyan mengatakan, angka titik panas di Provinsi Bengkulu pada pertengahan September ini mengalami peningkatan bila dibandingkan pada Agustus. Pada Agustus terdapat 52 titik panas sedangkan hingga 15 September sudah terdapat 65 titik panas.
Meski demikian, kata Sorjum, indeks kualitas udara di Provinsi Bengkulu masih dalam kategori baik. Namun diakuinya beberapa hari terakhir ini memang terjadi peningkatan kadar CO2. Hal ini terjadi bukan karena efek kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Bengkulu namun karena pengaruh kiriman asap dari provinsi tetangga. Titik panas di Bengkulu ini disebabkan kebakaran lahan perkebunan masyarakat dan kawasan hutan.
"Peningkatan kadar CO2 salah satu penyebabnya karena kebakaran lahan. Bisa jadi ini karena kiriman dari daerah-daerah sekitar kita. Tapi masih dalam kategori belum membahayakan," kata Sorjum di Bengkulu, Rabu.
Sebanyak 117 titik panas yang terpantau pada Agustus hingga 15 September paling banyak terdapat di Kabupaten Rejang Lebong yakni 24 titik panas yang kebanyakan terdapat di Kecamatan Padang Ulak Tanding. Disusul Kabupaten Kaur sebanyak 22 titik panas yang tersebar di Kecamatan Kinal, Kecamatan Nasal dan Kecamatan Kaur Utara.
Berikutnya Kabupaten Bengkulu Utara sebanyak 20 titik panas yang kebanyakan terdapat di Kecamatan Ketahun dan Kecamatan Enggano. Kabupaten Bengkulu Tengah yakni 15 titik panas yang kebanyakan terdapat di Kecamatan Pondok Kelapa. Kabupaten Mukomuko sebanyak 11 titik panas yang kebanyakan terdapat di Kecamatan Mukomuko Selatan.
Titik panas juga ditemukan di Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulu Selatan yakni sama-sama terdapat 9 titik panas. Kabupaten Lebong sebanyak 5 titik panas dan Kabupaten Kepahiang sebanyak 2 titik panas.
"Kebakaran yang relatif cukup besar itu seperti di Enggano dengan luas lahan yang terbakar diatas 30 hektar dan di Bukit Kandis di Bengkulu Tengah. Namun daerah yang lain lahan yang terbakar tidak terlalu luas sehingga cepat ditangani," papar Sorjum.
Sorjum menambahkan, pihaknya mengkhawatirkan kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Bengkulu ini terus meluas. Terlebih musim kemarau tahun ini diprediksi berlangsung cukup panjang. Akan tetapi, kata Sorjum, pihak terkait telah diterjunkan ke lapangan untuk memadamkan api. Temasuk beberapa satuan tugas bersama telah diterjunkan ke Pulau Enggano untuk membantu pemadaman api disana.
Sorjum mengimbau seluruh masyarakat di Provinsi Bengkulu terkhusus para petani untuk lebih berhati-hati saat membersihkan lahan pertaniannya. Termasuk perusahaan perkebunan untuk tidak melakukan pembakaran lahan selama musim kemarau ini.
"Bulan September ini mengalami peningkatan dan ini dikhawatirkan akan terus meningkat bila tidak dilakukan sosialisasi agar masyarakat tidak membakar lahan," kata Sorjum.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019
Kepala DLHK Provinsi Bengkulu Sorjum Ahyan mengatakan, angka titik panas di Provinsi Bengkulu pada pertengahan September ini mengalami peningkatan bila dibandingkan pada Agustus. Pada Agustus terdapat 52 titik panas sedangkan hingga 15 September sudah terdapat 65 titik panas.
Meski demikian, kata Sorjum, indeks kualitas udara di Provinsi Bengkulu masih dalam kategori baik. Namun diakuinya beberapa hari terakhir ini memang terjadi peningkatan kadar CO2. Hal ini terjadi bukan karena efek kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Bengkulu namun karena pengaruh kiriman asap dari provinsi tetangga. Titik panas di Bengkulu ini disebabkan kebakaran lahan perkebunan masyarakat dan kawasan hutan.
"Peningkatan kadar CO2 salah satu penyebabnya karena kebakaran lahan. Bisa jadi ini karena kiriman dari daerah-daerah sekitar kita. Tapi masih dalam kategori belum membahayakan," kata Sorjum di Bengkulu, Rabu.
Sebanyak 117 titik panas yang terpantau pada Agustus hingga 15 September paling banyak terdapat di Kabupaten Rejang Lebong yakni 24 titik panas yang kebanyakan terdapat di Kecamatan Padang Ulak Tanding. Disusul Kabupaten Kaur sebanyak 22 titik panas yang tersebar di Kecamatan Kinal, Kecamatan Nasal dan Kecamatan Kaur Utara.
Berikutnya Kabupaten Bengkulu Utara sebanyak 20 titik panas yang kebanyakan terdapat di Kecamatan Ketahun dan Kecamatan Enggano. Kabupaten Bengkulu Tengah yakni 15 titik panas yang kebanyakan terdapat di Kecamatan Pondok Kelapa. Kabupaten Mukomuko sebanyak 11 titik panas yang kebanyakan terdapat di Kecamatan Mukomuko Selatan.
Titik panas juga ditemukan di Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulu Selatan yakni sama-sama terdapat 9 titik panas. Kabupaten Lebong sebanyak 5 titik panas dan Kabupaten Kepahiang sebanyak 2 titik panas.
"Kebakaran yang relatif cukup besar itu seperti di Enggano dengan luas lahan yang terbakar diatas 30 hektar dan di Bukit Kandis di Bengkulu Tengah. Namun daerah yang lain lahan yang terbakar tidak terlalu luas sehingga cepat ditangani," papar Sorjum.
Sorjum menambahkan, pihaknya mengkhawatirkan kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Bengkulu ini terus meluas. Terlebih musim kemarau tahun ini diprediksi berlangsung cukup panjang. Akan tetapi, kata Sorjum, pihak terkait telah diterjunkan ke lapangan untuk memadamkan api. Temasuk beberapa satuan tugas bersama telah diterjunkan ke Pulau Enggano untuk membantu pemadaman api disana.
Sorjum mengimbau seluruh masyarakat di Provinsi Bengkulu terkhusus para petani untuk lebih berhati-hati saat membersihkan lahan pertaniannya. Termasuk perusahaan perkebunan untuk tidak melakukan pembakaran lahan selama musim kemarau ini.
"Bulan September ini mengalami peningkatan dan ini dikhawatirkan akan terus meningkat bila tidak dilakukan sosialisasi agar masyarakat tidak membakar lahan," kata Sorjum.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019