Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu Dyah Anugrah Kuswardani menyebutkan bahwa Kota Bengkulu mengalami inflasi sebesar 0,64 persen dan berada di peringkat ke tiga dari 82 kota inflasi di Indonesia.
"Ini dipicu dengan tingginya inflasi yang terjadi pada kelompok transportasi, jasa keuangan dan komunikasi yang inflasi nya mencapai 2,47 persen," kata Dyah di Kantor BPS Provinsi Bengkulu, Selasa.
Dyah mengatakan bahwa yang memicu dan yang mengambil andil besar dalam kenaikan inflasi yaitu kenaikan harga tiket angkutan udara sebesar 0,47 persen.
Ia menjelaskan bahwa pada kegiatan Teknologi Tepat Guna (TTG) kemaren berdampak pada tiket pesawat, sebab banyak masyarakat yang ingin berkunjung ke Bengkulu dan karena itu harga tiket meningkat.
"Pada bulan September yang mengambil andil 0,64 persen berasal dari harga tiket pesawat," ujarnya.
Sedangkan untuk Festival Tabut berdampak terhadap bahan makanan sebab banyak pengunjung yang membeli makanan jadi seperti nasi dan lauk yang berhasil menduduki peringkat kedua yang tertinggi untuk inflasi.
Dyah menambahkan, pada bulan kemarau belum berdampak pada inflasi sebab dari semua komoditas pertanian mengalami deflasi (penurunan harga) seperti cabe merah, bawang merah, tomat, kangkung dan beras.
"Beras mengalami deflasi namun nasi mengalami inflasi. Dampak kekeringan belum terlihat untuk bulan September kita lihat bulan depan," terang Dyah.
Untuk nilai tukar petani mengalami kenaikan sebesar 1,77 persen tetapi ada subsektor yang mengalami penurunan yaitu subsektor peternakan yang turun sebesar 1,29 persen.
Berikut jumlah kelompok yang mengalami inflasi:
Pertama, Kelompok transportasi, komunikasi
dan jasa keuangan dengan inflasi sebesar 2,47 persen.
Kedua, kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau sebesar 1,41 persen.
Ketiga, kelompok pengeluaran Sandang
sebesar 0,85 persen.
Keempat, kelompok pengeluaran Kesehatan sebesar 0,58 persen.
Kelima, kelompok Pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,06 persen.
Sementara kelompok yang mengalami deflasi:
pertama, kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 0,60 persen, kedua, kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,05 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019
"Ini dipicu dengan tingginya inflasi yang terjadi pada kelompok transportasi, jasa keuangan dan komunikasi yang inflasi nya mencapai 2,47 persen," kata Dyah di Kantor BPS Provinsi Bengkulu, Selasa.
Dyah mengatakan bahwa yang memicu dan yang mengambil andil besar dalam kenaikan inflasi yaitu kenaikan harga tiket angkutan udara sebesar 0,47 persen.
Ia menjelaskan bahwa pada kegiatan Teknologi Tepat Guna (TTG) kemaren berdampak pada tiket pesawat, sebab banyak masyarakat yang ingin berkunjung ke Bengkulu dan karena itu harga tiket meningkat.
"Pada bulan September yang mengambil andil 0,64 persen berasal dari harga tiket pesawat," ujarnya.
Sedangkan untuk Festival Tabut berdampak terhadap bahan makanan sebab banyak pengunjung yang membeli makanan jadi seperti nasi dan lauk yang berhasil menduduki peringkat kedua yang tertinggi untuk inflasi.
Dyah menambahkan, pada bulan kemarau belum berdampak pada inflasi sebab dari semua komoditas pertanian mengalami deflasi (penurunan harga) seperti cabe merah, bawang merah, tomat, kangkung dan beras.
"Beras mengalami deflasi namun nasi mengalami inflasi. Dampak kekeringan belum terlihat untuk bulan September kita lihat bulan depan," terang Dyah.
Untuk nilai tukar petani mengalami kenaikan sebesar 1,77 persen tetapi ada subsektor yang mengalami penurunan yaitu subsektor peternakan yang turun sebesar 1,29 persen.
Berikut jumlah kelompok yang mengalami inflasi:
Pertama, Kelompok transportasi, komunikasi
dan jasa keuangan dengan inflasi sebesar 2,47 persen.
Kedua, kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau sebesar 1,41 persen.
Ketiga, kelompok pengeluaran Sandang
sebesar 0,85 persen.
Keempat, kelompok pengeluaran Kesehatan sebesar 0,58 persen.
Kelima, kelompok Pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,06 persen.
Sementara kelompok yang mengalami deflasi:
pertama, kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 0,60 persen, kedua, kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,05 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019