Pemerintah Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah mengklaim selama pascabencana alam gempabumi 7,4 SR yang menimbulkan tsunami dan likuefaksi menerjang ibu kota provinsi itu pada 28 September 2018, sebanyak 1.000 bibit mangrove atau bakau telah disebar di sepanjang Teluk Palu yang sebelumnya porak-poranda dilanda bencana alam.

"Kita sudah tanam di beberapa kawasan Teluk Palu, diantaranya di Kelurahan Mamboro yang merupakan salah satu wilayah terdampak gempa dan tsunami," kata Wali Kota Palu, Hidayat, Kamis.

Ia mengatakan tanaman pelindung gelombang laut tersebut ditanam oleh komunitas, para pegiat lingkungan dan juga masyarakat yang peduli bencana alam di Kota Palu.
Karena itu, Pemkot Palu memberikan apresiasi yang tinggi kepada semua pihak yang telah ikut meringankan beban dan tanggung jawab pemerintah dengan menanam bibit mangrove di sepanjang Teluk Palu.

Sebelum adanya tsunami, Teluk Palu merupakan salah satu obyek wisata yang sangat menarik dan banyak dikunjungi wisatawan lokal dan juga mancanegara karena panorama yang indah, terutama di malam hari.

Bahkan, Teluk Palu menjadi obyek wisata paling favorit kalangan anak muda di Ibu Kota Provinsi Sulteng. Setiap hari akhir pekan, banyak sekali warga yang menikmati keindahan Teluk Palu.

Karena di sepanjang Teluk Palu, kata Wali Kotra Hidayat sebelum gempa bumi dan tsunami terdahsyat di Sulteng terjadi, disepanjang bibir Pantai Talise terdapat warung-warung kuliner yang menjajakan makanan/minuman khas setempat.

Akibat gempa bumi dan tsunami, pemerintah akan membangun kembali tanggul pengaman di beberapa wilayah di Teluk Palu.
Pasca bencana alam tersebut, sudah banyak pedagang yang kembali berjualan di Teluk Palu.
 

Pewarta: Anas Masa

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019