Pelaku penusukan terhadap Menko Polhukam Jenderal (Purn) Wiranto, Fitria Diana (20), yang beralamat di Desa Sitanggal, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah itu dikenal pendiam oleh tetangganya setelah dia (Fitria) memakai pakaian jilbab dan bercadar.
Teman kecil Fitria Diana, Devi Novitasari (22) di Brebes, Jumat, mengatakan bahwa temannya (Fitria, red.) saat duduk kelas 3 Sekolah Dasar Negeri 1 Sitanggal dikenal nakal dan tomboi sehingga dia tidak sekolah di SD itu lagi.
"Akan tetapi, sikap nakal yang dibawa sejak kecil berubah menjadi seorang yang pendiam setelah usia dewasa dengan memakai pakaian jilbab dan bercadar," katanya.
Ia mengatakan dirinya pernah merantau bersama dengan Fitria Diana di Jakarta pada 2012 sebagai pelayan warung makan Warteg.
"Saya hanya bekerja dengan dia (Fitria, red.) selama dua bulan saja, kemudian dia bekerja dimana dan apa pekerjaannya saya tidak tahu. Oleh karena, saya terkejut dan kaget setelah mengetahui jika Fitria melakukan aksi nekat itu (penusukan -red)," katanya.
Tetangga pelaku lainnya Susilowati mengatakan Fitria Diana dikenal pendiam sejak tiga bulan terakhir ini setelah berpakaian jilbab.
"Saat pulang ke rumahnya, Fitria Diana hanya tinggal bersama orang tua dan seorang adiknya di rumahnya. Dia (Fitria) sudah berbeda sikap dibanding sebelum berjilbab, dia pendiam dan tidak akan menyapa orang lain jika tidak disapa orang," katanya.
Orang tua Fitria Diana, Sunarto (51) mengatakan keluarganya sempat kaget saat perangkat desa bersama petugas Polres Brebes berkunjung ke rumahnya.
"Saat itu, saya sedang tidur dan tiba-tiba ada petugas yang datang ke rumahnya untuk menanyakan anaknya (Fitria, red.)," katanya didampingi adik Fitria, Muhamad Jihan Fahira.
Dirinya, kata dia, sempat dibawa petugas Polres Brebes pada Kamis petang (10/10) terkait masalah anaknya yang diduga melakukan penusukan terhadap Menko Polhukam Wiranto.
"Saya dimintai keterangan oleh petugas kepolisian seputar masalah anaknya. Kami pulang kembali diantar oleh petugas dan Kepala Desa Sitanggal sekitar pukul 00.00 WIB atau Jumat pagi (11/10)," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019
Teman kecil Fitria Diana, Devi Novitasari (22) di Brebes, Jumat, mengatakan bahwa temannya (Fitria, red.) saat duduk kelas 3 Sekolah Dasar Negeri 1 Sitanggal dikenal nakal dan tomboi sehingga dia tidak sekolah di SD itu lagi.
"Akan tetapi, sikap nakal yang dibawa sejak kecil berubah menjadi seorang yang pendiam setelah usia dewasa dengan memakai pakaian jilbab dan bercadar," katanya.
Ia mengatakan dirinya pernah merantau bersama dengan Fitria Diana di Jakarta pada 2012 sebagai pelayan warung makan Warteg.
"Saya hanya bekerja dengan dia (Fitria, red.) selama dua bulan saja, kemudian dia bekerja dimana dan apa pekerjaannya saya tidak tahu. Oleh karena, saya terkejut dan kaget setelah mengetahui jika Fitria melakukan aksi nekat itu (penusukan -red)," katanya.
Tetangga pelaku lainnya Susilowati mengatakan Fitria Diana dikenal pendiam sejak tiga bulan terakhir ini setelah berpakaian jilbab.
"Saat pulang ke rumahnya, Fitria Diana hanya tinggal bersama orang tua dan seorang adiknya di rumahnya. Dia (Fitria) sudah berbeda sikap dibanding sebelum berjilbab, dia pendiam dan tidak akan menyapa orang lain jika tidak disapa orang," katanya.
Orang tua Fitria Diana, Sunarto (51) mengatakan keluarganya sempat kaget saat perangkat desa bersama petugas Polres Brebes berkunjung ke rumahnya.
"Saat itu, saya sedang tidur dan tiba-tiba ada petugas yang datang ke rumahnya untuk menanyakan anaknya (Fitria, red.)," katanya didampingi adik Fitria, Muhamad Jihan Fahira.
Dirinya, kata dia, sempat dibawa petugas Polres Brebes pada Kamis petang (10/10) terkait masalah anaknya yang diduga melakukan penusukan terhadap Menko Polhukam Wiranto.
"Saya dimintai keterangan oleh petugas kepolisian seputar masalah anaknya. Kami pulang kembali diantar oleh petugas dan Kepala Desa Sitanggal sekitar pukul 00.00 WIB atau Jumat pagi (11/10)," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019