Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan 80 persen kecelakaan angkutan penumpang, baik umum maupun pribadi akibat kuranganya tekanan angin pada ban kendaraan.

“Di sini cukup mengagetkan 80 persen kecelakaan diakibatkan ban pecah karena tekanannya kurang dan di jalan tol itu sangat fatal,” kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono dalam diskusi yang bertajuk “Waspadai Kondisi Ban Saat Berkendara di Jalan Tol Tahun 2019,” di Kementerian Perhubungan, Jakarta, Rabu.

Baca juga: Kronologi kecelakaan bus pelajar di Tol Cipali yang menewaskan tiga orang

Soerjanto menjelaskan ban yang kurang tekanan angin atau kempes menyebabkan tubrukan dengan velg dan menyebabkan kelelahan pada ban atau “fatigue”.

“Begitu di jalan tol, kendaraan cukup kencang ban mengalami ‘fatigue’ di bagian pojok, kemudian pecah karena mobil tidak bisa dikendalikan,” katanya.

Dibandingkan angkutan barang, angkutan penumpang lebih berisiko, terutama kendaraan pribadi karena angkutan barang masih bisa ditahan dengan beban yang dibawa.

Baca juga: Mahasiwa kedokteran Unila meninggal dalam kecelakaan di tol trans Sumatera

“Berbeda kasusnya kalau truk ‘overload’ ban pecah, ban pasangannya juga biasanya pecah karena beban yang ditopang. Selain itu, ban truk yang pecah memang tekanannya dipompa melebihi batas yang diizinkan karena membawa barang. Kalaupun pecah, tergelincir atau diam di tempat, berbeda dengan kendaraan penumpang karena fatalitasnya cukup tinggi,” katanya.

Selain itu, Soerjanto mengatakan ban memang salah satu komponen kendaraan yang jarang dicek karena posisinya di bawah, cenderung kotor namun vital.

Dalam kesempatan sama, Kepala Sub Komisi Investogator Kecelakaan KNKT Ahmad Wildan menyebutkan data kecelakaan di Tol Cikampek pada Januari hingga Maret 2017, sebanyak 265 kasus merupakan pecah ban, sementara 72 kasus disebabkan lain-lain.

Baca juga: Enam kendaraan terlibat tabrakan beruntun di Tol Joglo

Selain itu, pecah ban juga merupakan satu dari tiga bahaya di jalan tol, selain rem blong dan lengah.

“Lebih berbahaya tekanan ban ini kurang karena dengan velg akan sering ‘bumping’ terjadi peningkatan tekanan udara pada ban yang membuat temperatur naik dan mempercepat polimersisasi (mengubah struktur ban),” katanya.

Wildan menambahkan kurangnya tekanan angin juga membuat ban lebih lebar, membawa beban lebih berat, sehingga BBM lebih boros.

Baca juga: Kronologi kecelakaan Tol Jagorawi, APV terguling 50 meter dan tiga orang tewas

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019