Derasnya arus sungai dan medan yang berbatu menghambat proses pencarian korban hanyut pada insiden putusnya jembatan gantung Cawang Kidau di Kecamatan Padang Guci Hulu, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu pada Minggu (19/1).
Kepala Basarnas Provinsi Bengkulu, Abdul Malik mengatakan, hingga saat ini proses pencarian masih berlangsung, sebab diduga masih ada 1 orang korban lagi yang belum ditemukan. Hingga kini sudah 9 orang korban ditemukan meninggal dunia dan 20 orang dinyatakan selamat dari insiden ini.
Baca juga: Jembatan putus di Kaur jadi tongkrongan baru remaja lokal
Baca juga: 9 korban meninggal akibat jembatan putus di Bengkulu ditemukan
Pernyataan ini disampaikannya untuk membantah informasi yang beredar dimasyarakat bahwa seluruh korban sudah ditemukan. Sebab belum ada bukti yang menunjukan korban ke-10 telah ditemukan.
"Jangan sampai nanti pencarian kita tutup tetapi masih ada korban yang belum ditemukan. Kalau kendala sejauh ini lebih karena arus sungai yang deras, kemudian ada banyak bebatuan juga," kata Abdul Malik saat dihubungi, Senin (20/1).
Malik menjelaskan, sementara ini proses pencarian korban hanya bisa dilakukan dengan metode rafting atau mengarungi arus menggunakan perahu karet. Namun, tim juga sedang mempertimbangkan untuk melakukan metode penyelaman.
Hanya saja, saat ini tim gabungan pencarian sedang mempelajari alur sungai dan memetakan spot atau titik-titik yang dimungkinkan menjadi tempat korban tersangkut didalam air.
Tim gabungan juga akan memperluas area pencarian hingga radius puluhan kilometer dari lokasi putusnya jembatan gantung, hal ini lantaran arus sungai yang deras sehingga kemungkinan menyeret korban hingga jauh.
Baca juga: Berikut daftar korban meninggal dan hilang akibat jembatan putus di Kaur
Baca juga: 29 orang jadi korban jembatan putus di Kaur Bengkulu
Selain itu, perluasan area pencarian ini juga karena dua korban meninggal dunia yang ditemukan pada Senin (20/1) pagi ditemukan pada radius 11 kilometer dari lokasi putusnya jembatan gantung ini.
"Dua korban meninggal dunia yang terakhir ditemukan pagi tadi itu pada jarak 11 kilometer dari lokasi jembatan putus, jadi memang cukup jauh. Dari lokasi jembatan putus itu sampai ke muara jaraknya sekitar 27 kilometer. Jadi tim akan menyisir di area ini," papar Malik.
Malik menambahkan, pada hari kedua pencarian, tim gabungan dipecah menjadi 2 titik yakni tim yang menggunakan dua perahu motor melakukan pencarian disekitar muara dan tim dengan dua perahu karet melakukan penyisiran disepanjang alur sungai.
Basarnas memastikan proses pencarian ini akan dilakukan selama 7 hari, hal ini sesuai dengan peraturan di Basarnas. Jika cuaca memungkinkan, proses pencarian juga dilanjutkan hingga malam hari.
Terpisah, Kepala pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bengkulu, Rusdi Bakar mengatakan, pihaknya belum dapat memastikan penyebab putusnya jembatan gantung ini.
Sebab, kata Rusdi, dari data yang diperoleh pihaknya menyebutkan ada dua kemungkinan yang menyebabkan putusnya jembatan, pertama karena diterjang banjir dan kedua karena jembatan itu tidak sanggup menahan beban akibat terlalu banyak orang yang berada diatasnya.
"Kita belum dapat detilnya, apakah jembatan itu roboh akibat terjangan banjir atau karena banyaknya orang diatas jembatan putus. Hal ini yang belum jelas," kata Rusdi saat diwawancarai di ruang kerjanya, Senin (20/1).
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020
Kepala Basarnas Provinsi Bengkulu, Abdul Malik mengatakan, hingga saat ini proses pencarian masih berlangsung, sebab diduga masih ada 1 orang korban lagi yang belum ditemukan. Hingga kini sudah 9 orang korban ditemukan meninggal dunia dan 20 orang dinyatakan selamat dari insiden ini.
Baca juga: Jembatan putus di Kaur jadi tongkrongan baru remaja lokal
Baca juga: 9 korban meninggal akibat jembatan putus di Bengkulu ditemukan
Pernyataan ini disampaikannya untuk membantah informasi yang beredar dimasyarakat bahwa seluruh korban sudah ditemukan. Sebab belum ada bukti yang menunjukan korban ke-10 telah ditemukan.
"Jangan sampai nanti pencarian kita tutup tetapi masih ada korban yang belum ditemukan. Kalau kendala sejauh ini lebih karena arus sungai yang deras, kemudian ada banyak bebatuan juga," kata Abdul Malik saat dihubungi, Senin (20/1).
Malik menjelaskan, sementara ini proses pencarian korban hanya bisa dilakukan dengan metode rafting atau mengarungi arus menggunakan perahu karet. Namun, tim juga sedang mempertimbangkan untuk melakukan metode penyelaman.
Hanya saja, saat ini tim gabungan pencarian sedang mempelajari alur sungai dan memetakan spot atau titik-titik yang dimungkinkan menjadi tempat korban tersangkut didalam air.
Tim gabungan juga akan memperluas area pencarian hingga radius puluhan kilometer dari lokasi putusnya jembatan gantung, hal ini lantaran arus sungai yang deras sehingga kemungkinan menyeret korban hingga jauh.
Baca juga: Berikut daftar korban meninggal dan hilang akibat jembatan putus di Kaur
Baca juga: 29 orang jadi korban jembatan putus di Kaur Bengkulu
Selain itu, perluasan area pencarian ini juga karena dua korban meninggal dunia yang ditemukan pada Senin (20/1) pagi ditemukan pada radius 11 kilometer dari lokasi putusnya jembatan gantung ini.
"Dua korban meninggal dunia yang terakhir ditemukan pagi tadi itu pada jarak 11 kilometer dari lokasi jembatan putus, jadi memang cukup jauh. Dari lokasi jembatan putus itu sampai ke muara jaraknya sekitar 27 kilometer. Jadi tim akan menyisir di area ini," papar Malik.
Malik menambahkan, pada hari kedua pencarian, tim gabungan dipecah menjadi 2 titik yakni tim yang menggunakan dua perahu motor melakukan pencarian disekitar muara dan tim dengan dua perahu karet melakukan penyisiran disepanjang alur sungai.
Basarnas memastikan proses pencarian ini akan dilakukan selama 7 hari, hal ini sesuai dengan peraturan di Basarnas. Jika cuaca memungkinkan, proses pencarian juga dilanjutkan hingga malam hari.
Terpisah, Kepala pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bengkulu, Rusdi Bakar mengatakan, pihaknya belum dapat memastikan penyebab putusnya jembatan gantung ini.
Sebab, kata Rusdi, dari data yang diperoleh pihaknya menyebutkan ada dua kemungkinan yang menyebabkan putusnya jembatan, pertama karena diterjang banjir dan kedua karena jembatan itu tidak sanggup menahan beban akibat terlalu banyak orang yang berada diatasnya.
"Kita belum dapat detilnya, apakah jembatan itu roboh akibat terjangan banjir atau karena banyaknya orang diatas jembatan putus. Hal ini yang belum jelas," kata Rusdi saat diwawancarai di ruang kerjanya, Senin (20/1).
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020