Kemarau panjang yang melanda wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku setiap tahun selalu mengancam kehidupan 604 kepala keluarga atau 2.684 jiwa serta ribuan ekor ternak kerbau akibat sulit mendapatkan air baku.

"Kami terpaksa melayangkan surat permohonan pembangunan sarana air baku guna menyelamatkan ribuan warga dan ribuan ternak kerbau ,dari kekeringan akibat kemarau panjang setiap tahun," kata Kades Tounwawan, Lumosterd Tetrapoik yang dihubungi dari Ambon, Rabu.

Surat permohonan ke Menteri PUPR ini sudah dilayangkan sejak 6 Januari 2020 dan tembusannya juga disampaikan kepada Kepala Pusat Air Tanah dan Air Baku Ditjen SDA Kementerian PUPR, ketua DPRD Maluku, Komisi III DPRD provinsi, Kepala Balai Wilayah Sungai Maluku, dan Bupati MBD.

Menurut dia, kemarau panjang setiap tahun yang biasanya dimulai sejak Juli hingga awal Desember ini membuat warga sulit mendapatkan air bersih.

Bahkan kematian kerbau setiap tahun juga mengalami peningkatan, dan pada tahun 2019 terjadi kematian ternak kerbau antara 300 hingga 500 ekor khususnya di Desa Tounwawan dan beberapa dusunnya.

"Kematian ternak ini belum terhitung di desa-desa lain yang bila dijumlahkan bisa mencapai 1.000-an ekor kerbau," ujar kades.

Padahal pemkab MBD sendiri telah menetapkan 'Gunung Kerbau' sebagai daerah tujuan wisata dengan icon utama yakni Agrowisata Kerbau Moa (Artakemo) sehingga populasi di kawasan gunung tersebut perlu mendapatkan perhatian serius untuk dikembangkan.

Selain sangat bermanfaat bagi masyarakat, pembangunan sarana air baku bermanfaat mengatasi angka kematian kerbau dan ternak peliharaan warga lainnya, maka sangat dibutuhkan adanya pembuatan kubangan sebagai tempat minum kerbau.

Dia mengaku di daerah tersebut memang ada sungai tetapi mengering ketika berlangsung musim kemarau, dan padang rumput yang menjadi tempat makan kerbau juga jadi kering.

Kematian kerbau dalam jumlah besar sangat merugikan warga, karena biasanya bila dijual di pulau Moa maka harganya sekitar Rp4 juta, namun kalau antarpulau bisa mencapai Rp5 juta hingga Rp7 juta per ekor.

Pewarta: Daniel Leonard

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020