Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bengkulu menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Bengkulu pada 2019 mengalami perlambatan sebesar 4,96 persen atau lebih rendah 0,03 persen dibandingkan 2018 yang tercatat sekitar 4,99 persen. 

"Hal ini disebabkan situasi perekonomian global yang belum membaik, sehingga menyebabkan beberapa harga komoditas seperti batu bara dan CPO ikut terimbas dan berdampak kepada daerah," kata Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan BI Provinsi Bengkulu Rifat Pasha. 

Ia menambahkan jika perlambatan bersumber dari mayoritas lapangan usaha utama daerah seperti pertanian, kehutanan dan perikanan, perdagangan besar dan eceran serta lapangan usaha industri pengolahan.

Dari sisi lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan pangsa sebesar 27.78 persen yang disebabkan oleh belum masuknya musim panen tanaman pangan serta terjadinya musim kemarau yang panjang sehingga mengganggu produksi secara umum. 

Lanjut Rifat, perdagangan besar dan eceran pangsa sebesar 15.23 persen yang disebabkan oleh melambatnya perdagangan barang tahan lama serta perdagangan besar komoditas utama daerah seperti tanaman pangan, perkebunan dan holtikultura.

Sedangkan pada industri pengolahan yaitu sekitar 6.07 persen yang disebabkan oleh ekspor luar negeri karena belum menguat sebagai dampak menurunnya volume perdagangan global ditengah keterbatasan bahan baku. 

"Sebab gangguan cuaca dan konstruksi dengan pangsa sebesar 5.44 persen disebabkan penyelesaian proyek pembangunan pemerintah dan swasta yang didukung oleh kecenderungan akselerasi realisasi belanja modal diakhir tahun," Terangnya.

Rifat menjelaskan bahwa pengeluaran perekonomian Bengkulu pada konsumsi rumah tangga pangsa sebesar 62.92 persen, investasi pangsa sebesar 44.03 persen, ekspor barang jasa pangsa sebesar 35.03 persen dan konsumsi pemerintah pangsa sebesar 20.68 persen.

Untuk kondisi inflasi di Bengkulu sendiri pada bulan Desember 2019 sebesar 0.59 persen dan cenderung meningkat dari bulan sebelumnya yaitu sekitar 0.14 persen dari bulan ke bulan (mtm). 

Capaian ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun sebelumnya yaitu dengan inflasi sebesar 0.54 persen (mtm) maupun terhadap nasional yang mengalami inflasi sebesar 0.34 persen (mtm).

Dengan adanya perkembangan tersebut, inflasi sampai dengan bulan Desember mencapai level 2.91 persen dari tahun ke tahun (yoy) lebih tinggi dari level nasional sebesar 2.72 (yoy).

"Mudah-mudahan perkembangan ekonomi di Bengkulu ini bisa menjadi referensi pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan," tutup Rifat.

Pewarta: Anggi Mayasari

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020