Semarang (Antara) - Diskusi dan bedah buku tentang Tan Malaka karya Harry A Poeze yang berlangsung di kampus Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang, Senin malam, disesaki pengunjung.
Para pengunjung diskusi yang kebanyakan anak-anak muda itu, sudah berkumpul di kampus lama FIB Undip di kawasan Pleburan Semarang sejak sekitar pukul 19.00 WIB meski sang penulis buku yang asli Belanda itu, belum datang ke lokasi.
Awalnya, diskusi dan bedah buku berlangsung di Sekretariat Komunitas Seni Hysteria di Jalan Stonen, Gajahmungkur, Semarang, tetapi kemudian dipindah ke kampus FIB Undip karena mendapatkan reaksi penolakan dari sejumlah elemen masyarakat, termasuk warga Stonen.
Harry, sang penulis buku "Tan Malaka: Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia" itu, datang ke lokasi diskusi sekitar pukul 21.00 WIB dan langsung masuk untuk menyampaikan presentasi atas buku yang ditulisnya, diawali dengan pemutaran film pendek tentang penggalian makam Tan Malaka di Kediri.
Ia langsung menyapa para hadirin seraya menyampaikan maaf atas kedatangannya yang terlambat di lokasi diskusi karena saat berangkat dari Purwokerto terkendala jalan rusak.
Bahkan, Harry sempat menyindir Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang datang agar memperbaiki jalan yang rusak.
"Pertama, saya minta maaf atas keterlambatan (terlambat datang, red.) karena jalan tadi rusak. Mudah-mudahan Gubernur (Ganjar, red.) yang datang bisa memperbaiki jalan," katanya yang langsung disambut tepuk tangan riuh dari hadirin.
Ganjar Pranowo tersenyum dan langsung menyahut, "Kalau beliau (Harry, red.) naik kereta api dari Purwokerto (KA Kamandaka, red.) pasti tidak akan kena jalan rusak".
Pernyataan Ganjar itu langsung disambut Harry dengan senyum dan tawa para hadirin.
Selain Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, hadir pula dalam diskusi dan bedah buku Tan Malaka itu, di antaranya Rektor Undip Prof Sudharto P Hadi, didampingi Dekan FIB Undip Agus Maladi Irianto, Wakil Ketua DPRD Jateng Bambang Sadono. Bahkan, tokoh Front Pembela Islam (FPI) Jateng Zainal Abidin Petir juga hadir.
Dalam kesempatan itu, Harry menjelaskan latar belakangnya menulis buku itu karena selama ini belum banyak masyarakat yang mengetahui sosok sebenarnya dari Tan Malaka sebagai tokoh besar, tetapi selama ini justru terpinggirkan dan dihapuskan dari pelajaran sejarah.
"Penggalian makam Tan Malaka di Kediri bisa menjadi bukti untuk mengetahui sosok sebenarnya dari tokoh besar ini. Pada tahun 1963, Tan Malaka diangkat sebagai pahlawan nasional, tetapi selama 30 tahun kemudian namanya justru dicoret dari buku pelajaran sejarah," kata Harry. (Antara)
Diskusi Tan Malaka di Undip didesaki pengunjung
Senin, 17 Februari 2014 23:56 WIB 1605