Jakarta (ANTARA) - Dokter Anak Konsultan Neonatologi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, SpA(K), meminta masyarakat untuk memperhatikan perkembangan anak dari masa kehamilan, persalinan, hingga kanak-kanak, untuk menekan risiko penyakit kemudian hari.
“Pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim yang terhambat, baik karena gizi maupun kesehatan ibu yang kurang baik, akan memengaruhi perkembangan organ bayi saat lahir,” ujar Rinawati saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Sabtu.
Rinawati mencontohkan jika pertumbuhan sel pankreas dan sel usus dua belas jari terhambat, maka dapat menyebabkan terganggunya sekresi hormon insulin yang menjadikan seseorang rentan mengalami diabetes. Selain itu, ada pula kemungkinan terhambatnya perkembangan jantung, pembuluh darah, dan sel ginjal yang bisa membuat seseorang lebih rentan mengalami hipertensi.
“Hal ini didukung oleh data BPJS yang menyatakan bahwa saat ini jumlah penderita stroke, penyakit jantung, serta diabetes di Indonesia cukup tinggi,” ucap konsultan neonatologi itu.
Pola perkembangan, pola hidup, maupun pola makan yang kurang baik selama masa tersebut membuat banyak faktor risiko penyebab penyakit menumpuk dalam tubuh penderita.
Rinawati pun menyoroti adanya kemungkinan penyakit yang lebih mudah terjadi pada anak yang lahir prematur, misalnya risiko ketulian, kebutaan, serta pengeroposan tulang, maupun potensi hipertensi di kemudian hari.
Oleh karena itu, lanjut dia, mereka perlu mendapatkan pelayanan skrining sejak dini demi menjaga perkembangannya agar tidak menderita tengkes maupun obesitas.
“Minimal perkembangan anak harus dipantau oleh dokter selama 1.000 hari pertama kehidupan anak yang dihitung mulai dari hari pertama kehamilan atau paling tidak sampai anak berumur dua tahun,” ucap Rinawati.
Dokter anak itu menuturkan bahwa anak perlu dipantau pada 1.000 hari pertama kehidupannya karena 83 persen otak anak berkembang pada masa itu dan akan terus berkembang mencapai 95 persen saat berumur 6 tahun.
Bayi prematur lahir sebelum perkembangannya pada masa kehamilan mencapai tahap akhir, oleh karena itu bayi prematur dapat diberikan asupan pendamping ASI jika grafik pertumbuhannya kurang baik dan menunjukkan bahwa bayi itu memang membutuhkan asupan pendamping.
Dia menuturkan bahwa salah satu asupan yang dapat diberikan adalah produk human milk fortifier (HMF) yang merupakan suplemen tambahan bagi ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi yang lahir prematur atau memiliki berat badan lahir rendah (BBLR).
Namun, Rinawati mengakui bahwa harga suplemen tersebut cukup mahal dan seringkali tidak tersedia di beberapa daerah. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi prematur, terutama protein, dapat diberikan susu formula terlebih dahulu.
“Namun, itu hanya boleh untuk sementara untuk memenuhi kebutuhan protein yang amat tinggi pada bayi prematur,” ujar dia.
Setiap 17 November diperingati sebagai World Prematurity Day atau Hari Prematur Sedunia yang perayaannya diinisiasi oleh European Foundation for the Care of Newborn Infants (EFCNI) pada 2008.
Hari Prematur Sedunia tahun ini mengangkat tema “Small Actions, BIG IMPACT: Immediate Skin-to-Skin Care for Every Baby, Everywhere” untuk menyoroti pentingnya kontak langsung dari kulit ke kulit untuk meningkatkan kondisi bayi prematur melalui Kangaroo Mother Care atau Perawatan Metode Kanguru.