Bandarlampung (ANTARA Bengkulu) - Sekitar 500 hektare tumbuhan liar mantangan (Merremia peltata) tumbuh di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Provinsi Lampung.
"Mantangan semacam tanaman liar yang bersifat parasit, kalau dilakukan pemotongan maka akan tumbuh lagi dua kali lipat dari sebelumnya dan berdampak pada kerusakan pada tanaman inti hutan," kata Kepala Bidang TNBBS Wilayah II Lampung--Bengkulu Edi Susanto, saat dikonfirmasi di Bandarlampung, Kamis.
Menurutnya, TNBBS tengah melakukan penelitian terhadap jenis tanaman parasit tersebut sejak setahun lalu, dan pihaknya juga akan melakukan upaya pencegahan perkembangbiakan tanaman tersebut agar tidak tumbuh lagi di kawasan hutan.
Sementara itu, Leader Project World Wildlife Fund (WWF) Wilayah Lampung Job Carles menjelaskan, tanaman parasit itu berkembangbiak di kawasan hutan karena ekosistem predator utama telah terancam punah akibat kerusakan hutan.
"Keberadaan badak itu, sebenarnya sangat membantu menjaga kelestarian hutan, karena hewan mamalia jenis badak itulah yang memakan tumbuhan sejenis mantangan di kawasan hutan itu," kata Job Carls.
Kini, tambahnya, matangan terus merambat dan melilit pohon-pohon besar. Mantangan itu sejenis virus yang jika satu pohon terserang virus tersebut, maka pohon itu akan tumbang dengan sendirinya.
"Karena itu, upaya menjaga kelestarian hutan perlu dilakukan secara serius, agar ekosistem top predator tetap bertahan di habitat sendiri dan pohon-pohon besar tetap kokoh tumbuh di kawasan hutan," ujarnya.
Catatan WWF menyebutkan bahwa kerusakan hutan di Lampung mencapai 40 persen dari sektiar 1,5 juta hektare luas areal hutan.
Sebagian besar hutan telah gundul karena ulah manusia, bahkan hutan banyak yang berubah fungsinya menjadi tanaman perkebunan dan pemukiman.
"Sejak awal tahun 2011, kami bersama tim gabungan dari unsur pemerintahan menggelar operasi penurunan perambah, dalam rangka upaya kita menyelamatkan hutan yang kian rusak parah itu," ujarnya.
Beberapa kawasan, menurutnya, sudah kosong dari aktivitas perambahan yang dilakukan oleh warga, namun sebagian lagi ada yang kembali lagi melanjutkan perambahan hutan karena faktor ekonomi.
"Setiap titik yang telah dikosongkan itu, sempat kami tempatkan tim yang melakukan pemantauan pascaoperasi penurunan perambah, hasilnya, seperti di titik Simpang Kandis, Kabupaten Lampung Barat, sebagian mereka banyak yang kembali merambah hutan," ujarnya. (ANT)
Mantangan jadi "virus" bagi hutan tropis
Kamis, 12 Juli 2012 14:29 WIB 10632
.....Keberadaan badak itu, sebenarnya sangat membantu menjaga kelestarian hutan, karena hewan mamalia jenis badak itulah yang memakan tumbuhan sejenis mantangan di kawasan hutan itu.....